bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan pengembangan model klaster budidaya ikan nila salin di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, bertujuan meningkatkan daya dukung ekspor komoditas itu.
"Pasar ikan nila salin sangat terbuka lebar baik domestik maupun ekspor," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu di Karawang, Jawa Barat, Selasa (18/7).
Ia menyampaikan berdasarkan Peta Dagang 2021, Indonesia berada di posisi kelima sebagai negara pengekspor produk ikan nila di pasar global. Hal tersebut menandakan Indonesia merupakan salah satu produsen ikan nila terbaik di tingkat dunia dengan daya saing yang tinggi.
Untuk mendukung ekspor ikan nila, kata Tb, lahan seluas sekitar 16 hektare di area Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Kecamatan Cilebar, Karawang, dikembangkan untuk budidaya ikan nila salin.
Baca Juga: Langgar Ketentuan, KKP Segel Dua Unit Usaha Tambak Udang di Batam
"Kalau tidak ada halangan, mudah-mudahan dua bulan ke depan proyek percontohan ini bisa selesai, sehingga bisa langsung difungsikan," katanya.
Selain untuk mendukung ekspor ikan nila, dibangunnya model klaster itu juga untuk mempermudah budidaya dalam mengantisipasi semakin terbatasnya industri ikan yang menggunakan media danau karena berbagai faktor.
"Kami juga berharap model ini bisa di-'copy paste' oleh masyarakat dan kelompok industri. Kenapa Tilapia (jenis ikan cichlid)? Karena pasarnya luar biasa, tahun ini saja hampir 14 miliar dolar AS. Selain mengedepankan ekonomi, kita juga ingin ada peningkatan budidaya berkelanjutan," katanya.
Kepala BLUPPB Karawang M. Tahang menyampaikan nantinya pemenuhan kebutuhan benih ikan nila salin akan dibantu oleh BBPBAT Sukabumi.
Baca Juga: Tingkatkan Angka Konsumsi Ikan, KKP Buka Sentra Kuliner di Garut
“Menurut saya, budidaya ikan nila salin sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat jenis ikan ini lebih mudah dipelihara dan harga jual yang relatif lebih baik,” kata Tahang.
Ia mengatakan model klaster budidaya ikan nila salin di BLUPPB Karawang akan dibangun di kawasan seluas 16 hektare, dengan petakan sebanyak 10 petak yang berukuran 2 ribu meter persegi dan 10 petak yang berukuran 4 ribu meter persegi.
Dengan padat tebar 25 ekor per meter persegi dan rata rata berat 50 gram per ekor, serta ukuran panen rata rata mencapai 700 gram. Maka ditargetkan bisa menghasilkan total produksi 672 ton atau produktivitas 42 ton per hektare per siklus dengan masa pemeliharaan selama 150 hingga 180 hari.
"Jika harga rata-rata ikan nila salin Rp30 ribu per kilogram, maka perolehan dapat dicapai sekitar Rp20 miliar,” katanya.