Ekspor Nikel Ilegal

Ekspor Gelap Nikel Kalsel ke China, Mustahil SILO Tak Bisa Bedakan!

Ekspor gelap nikel Kalsel ke China bersumber dari PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO). Klaimnya tak sengaja dikirim tercampur besi. Kok bisa?

Featured-Image
Ilustrasi aktivitas pertambangan PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO). Foto via Radar Banjarmasin

bakabar.com, JAKARTA - Ekspor gelap nikel Kalsel ke China bersumber dari PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO). Klaimnya tak sengaja dikirim tercampur besi. Kok bisa?

Guru Besar Teknik Kimia Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Muthia Elma heran. Bisa perusahaan sebesar SILO tak mampu membedakan antara besi murni dan yang mengandung nikel.

"Untuk mendeteksi ada kandungan apa saja. Biasanya itu tugas geologi, dengan melakukan driling," ungkapnya kepada bakabar.com, Senin (18/9).

Baca Juga: Gila! KPK Tak Percaya ESDM soal Ekspor Gelap Nikel Kalsel

Sepengetahuan dia, sebelum dilakukan pertambangan, perusahaan tambang pasti melakukan tahap driling. Atau pengeboran bersama badan geologi. Begitupun juga SILO.

Lebih detail, kata dia, driling atau pengeboran dilakukan dengan menggunakan pipa dua inci. "Kayak batu bara biasanya. Sampai 600 meter ke dalam perut bumi," paparnya.

Kemudian, pipa itu diangkat dalam keadaan padat. Hasilnya itu dibawa ke laboratorium. Untuk dianalisa kandungannya. Jadi mustahil kalau disebut tak sengaja.

"Dari situ geologi tahu ada kandungan apa saja di dalam perut bumi. Misal besinya sekian, nikelnya sekian, sulfur sekian, karbonnya sekian itu ketahuan," paparnya.

Jika merujuk pada data geologi secara menyeluruh. Di bawah tanah Kalsel terdapat 20 persen kandungan besi (Fe). Serta 1 persen nikel (Ni). Yang diketahui Muthia juga begitu.

Pulau Sebuku Kotabaru
Salah satu sisi Pulau Sebuku di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Foto via triptrus.com

Mengacu pada klaim KPK. Ekspor bijih besi SILO ke China mengandung sekitar 0,5 hingga 0,9 persen nikel. Artinya tak sedikit.

"Maksimum aja satu persen. Berarti 0,9 persen itu udah mendekati hasil data dari geologi," imbuh Muthia.

Alih-alih legal, pihak perusahaan mengakumulasi besi dan nikel yang dikirim ke China. Sehingga segelintir mineral itu dapat ikut terkirim. "Karena tidak 100 persen dikirimkan, jadi dirasa legal," jelasnya.

Dia berasumsi, ada permainan dalam dokumen ekspornya. Yang mana SILO tak melaporkannya dengan lengkap. "Itu salah satu faktor yang membuat (nikel) jadi ilegal," ujarnya.

Baca Juga: Ekspor Nikel Ilegal Kalsel ke China, Dosen ITS: Cek Hasil Uji Labnya

Di samping itu, Dinas Lingkungan Hidup Kotabaru juga telah mencurigai kedekatan SILO dan China.

"Saya pernah diundang (DLH Kotabaru) berhubungan dengan keberadaan PT SILO," katanya.

Kata dia, kedekatan itu tidak hanya sebatas sebagai rekan bisnis. Bahkan pemilik SILO diketahui juga orang China. "Bosnya SILO itu kan Chinese ya orangnya," tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner