News

Dunia Kocar-kacir Pascalarangan Ekspor CPO Jokowi

apahabar.com, BANJARMASIN – Dalam beberapa hari terakhir, Indonesia benar-benar menyita perhatian pasar internasional. Terlebih pasca Presiden…

Featured-Image
Ilustrasi kelapa sawit. Foto- JPNN

bakabar.com, BANJARMASIN – Dalam beberapa hari terakhir, Indonesia benar-benar menyita perhatian pasar internasional.

Terlebih pasca Presiden Joko Widodo [Jokowi] menerbitkan larangan ekspor Crude Palm Oil [CPO] dan bahan baku minyak goreng.

Dilansir CNN Business, Ketua LMC International, sebuah konsultan global ekonomi dan pertanian, James Fry menuturkan keputusan ini membuat harga bahan baku minyak goreng meroket di pasar global.

Terbukti dari harga CPO di Malaysia yang langsung meluncur 7 persen setelah larangan ekspor terbit pada Kamis (28/4).

Menurut Fry, selain minyak goreng, harga pangan lainnya, seperti mi instan, makanan ringan, roti dan margarin diperkirakan naik setelah pembatasan Indonesia berlaku.

Asumsi ini diperparah dengan harga minyak sawit global yang sudah lama tertekan sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Oleh karena itu, negara-negara pengimpor minyak mentah terus berusaha mencari alternatif untuk mendapatkan minyak biji bunga matahari.

“Ukraina biasanya merupakan produsen utama minyak biji bunga matahari, tetapi itu telah benar-benar dikacaukan oleh Rusia,” kata Fry.

“Kami menghadapi badai yang sempurna,” lanjutnya.

Ia mengungkapkan faktor-faktor lain, seperti kekeringan di Amerika Selatan dan Kanada turut membuat pasokan minyak semakin terbatas.

Indonesia merupakan produsen utama minyak sawit dunia yang berkontribusi 59 persen dari output global tahun lalu, menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat [USDA].

Malaysia dan Thailand merupakan negara kedua dan ketiga terbesar, dengan masing-masing produksi 25 persen dan 4 persen dari pasokan dunia. Adapula Kolombia, Nigeria dan Guatemala juga merupakan produsen utama.

Beberapa analis mengatakan Malaysia dapat membantu menutupi kekurangan tersebut, tetapi pasokan mereka belum aman.

Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics, penerbit data pasar independen, mengatakan Malaysia sedang kekurangan tenaga kerja sejak pandemi.

Dalam laporan mereka, Analis JPMorgan mengatakan bahwa persediaan minyak di Malaysia memang kurang secara historis dan larangan ekspor Indonesia akan membuat pasokan dunia minyak semakin terbatas.

“Ini adalah pengingat lain mengenai kerentanan yang ada di seluruh rantai pasokan pertanian di lingkungan persediaan yang sudah ketat, ditambah dengan hilangnya volume ekspor Ukraina yang tidak terbatas dan biaya produksi yang tinggi secara historis,” tulis JPMorgan.



Komentar
Banner
Banner