bakabar.com, JAKARTA – Kehadiran penyandang autisme berbakat di dunia kerja masih belum banyak. Banyak perusahaan mau, tapi ekosistem belum mendukung.
Namun fenomena itu memang menjadi hal yang baru terjadi dalam perusahaan. Pihak Yayasan Autisma Indonesia mengakui memang belum ada angka pasti mengenai berapa banyak penyandang autisme yang berada di dunia kerja.
“Hal itu baru beberapa tahun terakhir menjejakkan langkah untuk mendorong terciptanya lingkungan kerja yang neurodiverse atau inklusif,” seperti disampaikan Frederik Rotty, Ketua Panitia Walk for Autism kepada bakabar.com, Selasa (25/7).
Namun berdasarkan pantauan Yayasan Autisma Indonesia, sejumlah perusahaan menyatakan sangat terbuka menerima penyandang autisme berbakat untuk bekerja di tempat mereka.
Baca Juga: Ibu-ibu Keluhkan Rendahnya Akses Pendidikan dan Kesehatan Anak Autisme
“Sayangnya sampai saat ini belum ada praktik baik perusahaan di Indonesia yang memang sudah memberikan dukungan terkait lingkungan kerja yang ramah autisme,” jelasnya.
Hal itu yang kemudian menjadi tantangan bagi perusahaan untuk bagaimana bisa membangun suatu ekosistem yang ramah bagi semua penyandang disabilitas, termasuk autisme.
“Namun sebagian besar mereka memerlukan proses adaptasi yang cukup panjang untuk mampir menciptakan lingkungan yang ideal,” jelasnya.
Persoalan mengenai kelompok penyandang autisme di Indonesia hingga saat ini masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan.
Selain berbicara mengenai lingkungan kerja, akses bagi anak penyandang disabilitas sendiri masih sangat sulit. Hal itu diakui oleh sejumlah orang tua.
Pemerintah sendiri mengakui bahwa saat ini, sebanyak 1,9 juta penyandang disabilitas dibawah usia 18 tahun masih belum sejahtera.
Kebijakan khusus untuk penyandang disabilitas dalam memberi akses mudah terhadap pendidikan dan kesehatan masih ramu ulang dan belum menemukan solusi yang cukup tepat.