bakabar.com, BANJARMASIN - RSUD Ulin yang sekarang berdiri megah di Jalan Ahmad Yani Banjarmasin, memiliki catatan sejarah panjang.
Sebelum resmi didirikan antara 1943 hingga 1944, embrio RSUD Ulin berawal dari sebuah rumah sakit modern yang dibangun Hindia Belanda bernama Bandjermasin Ziekenhuis.
“Lokasi awal di area Fort Tatas (Benteng Tatas) atau di sekitar Masjid Sabilal Muhtadin sekarang,” papar Mansyur, sejarawan Kalimantan Selatan.
Selanjutnya rumah sakit umum di Fort Tatas dipindahkan ke Jalan Oelin (sekarang Jalan Ahmad Yani Kilometer 1) sejak 1943 atau di era pendudukan Jepang di Borneo bagian Selatan.
Terdapat dua versi di balik penamaan rumah sakit tersebut. Salah satunya karena terletak di Jalan Oelin Bandjermasin. Versi lain menyebutkan penamaan merujuk kepada bangunan yang terbuat dari kayu ulin.
Dalam beberapa literatur, Jepang membuka rumah sakit di Jalan Ulin untuk masyarakat tanpa dipungut bayaran. Mereka juga mengangkat dr Sutan Diapari Siregar sebagai pimpinan rumah sakit.
Untuk mencukupi keperluan medis, digunakan pula obat-obat tradisional. Juga dilakukan penelitian oleh perusahaan obat-obatan Jepang bernama Makassar Ken Kyoso Kabhushiki Kaisha.
Baca Juga: Dulu Kini, Sejarah Langgar Al-Hinduan Banjarmasin
Adapun tempat penelitian (laboratorium) berlokasi di Jalan Kalimantan Banjarmasin (sekarang Jalan S Parman) dengan ahli-ahli kebanyakan orang Jepang.
Ketika penjajah Belanda kembali ke Banjarmasin pascakemerdekaan dan memasuki era revolusi fisik 1945-1949, Rumah Sakit Ulin juga difungsikan sebagai kamp tahanan pejuang Banjar. Di sisi lain, karyawan rumah sakit didominasi pribumi.
Koran De waarheid terbitan 25 Agustus 1949 memberitakan bahwa lebih dari 20 anggota staf rumah sakit pusat Belanda di Banjarmasin, mengambil peralatan kesehatan dan obat-obatan.
Mereka kemudian kabur menggunakan perahu motor. Diyakini anggota staf rumah sakit tersebut telah bergabung dengan gerilyawan (pejuang) Banjar.
Arsitektur awal RSUD Ulin dibangun dengan bangunan panggung tanpa tingkat, karena didirikan di atas rawa. Atap hingga pondasi terbuat dari kayu ulin yang mungkin hanya tumbuh di pulau Kalimantan.
Renovasi Rumah Sakit Ulin pertama kali dilakukan 1985, ketika semua bangunan kayu ulin diganti dengan konstruksi beton. Kemudian mulai 1997, dibangun Paviliun Aster.
Kemudian direnovasi lagi dan dibangun bersama poliklinik rawat jalan dan ruang rawat inap aster sejak 2002.
Selanjutnya RSUD Ulin terus mengalami berbagai kemajuan fisik, hingga berkembang menjadi gedung lima lantai. Ditambah bangunan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terpadu dan Gedung Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mulawarman.
RSUD Ulin sendiri sudah menjadi rumah sakit kelas A Pendidikan. Selain rumah sakit rujukan di Kalimantan Selatan, juga banyak menerima pasien dari Kalimantan Tengah.