bakabar.com, JAKARTA - Perdana Menteri Israel deklarasikan perang melawan Hamas, dan mengizinkan militer Israel melakukan langkah militer.
Jalur Gaza bergolak. Konflik Palestina dan Israel kembali pecah sejak Sabtu (7/10). Konflik bermula ketika Israel menyerang wilayah Hamas menggunakan drone. Lalu pada Minggu (8/10), Kelompok Brigade Al Qossam, sayap militer Hamas menyerang warga Israel di perbatasan.
Dikutip dari berbagai sumber, serangan ini terjadi seiring meningkatnya eskalasi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan melakukan invasi darat ke Gaza dan mengatakan Israel akan mengubah daerah kantong Palestina yang terkepung menjadi “pulau terpencil”.
Hamas mengatakan mereka melancarkan operasi skala besar sebagai tanggapan atas kebrutalan yang terus dilakukan Israel dan pemerintahan pendudukannya terhadap warga Palestina.
Hamas juga marah karena pemerintah Israel berdiam diri ketika warga Israel melancarkan serangan kekerasan terhadap desa-desa dan lingkungan sekitar Palestina. Mereka menyerang jemaah di Masjid Al-Aqsa dan melakukan kekerasan terhadap warga Palestina.
Dalam dua hari konflik tersebut lebih dari 1.100 orang. Pada Senin pagi (9/10), pemerintah Israel menyatakan korban di pihak mereka berjumlah 700 orang, termasuk militer. Lebih dari 2.150 luka-luka. Sedangkan Otoritas Palestina mengatakan jumlah korban di Palestina mencapai 386 orang.
Menanggapi serangan Hamas pada Minggu (9/10), pemerintah Israel meresponnya dengan secara resmi mendeklarasikan perang dan memberikan lampu hijau untuk "melakukan langkah militer yang signifikan". Hingga Senin pagi (9/10), militer Israel masih terus menahan militan Palestina yang masih berada di kota-kota wilayah Selatan.
Pemicu Konflik
Menurut berbagai sumber, konflik Palestina-Israel kembali terjadi setelah pasukan Israel menggempur wilayah Palestina melalui serangan udara pada Sabtu, (7/10). Aksi Israel dibalas Hamas dengan melakukan serangan secara tiba-tiba pada Minggu pagi (8/10).
Kemarahan Hamas diduga bermula dari pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan akan memperluas wilayah Israel di Jalur Gaza dengan melakukan 'invasi darat.'
Aksi penyerangan juga dilakukan Hamas diduga karena kelompok ini kecewa dengan proses perdamaian yang dianggap menguntungkan Israel. Proses itu disepakati pada 2020 sebagai Perjanjian Abraham dan ditandatangani oleh Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Kasus serangan ini menjadi serangan besar setelah beberapa dekade. Konflik Palestina-Israel sempat mereda selama belasan tahun terakhir. Konflik kecil masih terjadi, tapi tak ada konflik tajam, apalagi yang menyebabkan jumlah korban hingga lebih dari 1.000.
Baca Juga: MER-C Kutuk Serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza
Amerika Dukung Israel
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan dukungannya pada Israel. Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan, Amerika Serikat akan mengirim beberapa kapal militer dan pesawat tempur ke Israel sebagai bentuk dukungan kepada Israel.
Ia meyakini bahwa serangan terbaru Hamas mungkin termotivasi untuk mengganggu potensi normalisasi hubungan Israel-Arab Saudi. Austin juga menambahkan bahwa Amerika Serikat akan memberikan amunisi kepada Israel
"Bantuan keamanannya akan mulai bergerak pada hari Ahad ke wilayah Israel. Pentagon juga akan menambahkan jet tempur ke wilayah tersebut," kata Austin.