Cuma Ada di Indonesia?
Presiden pertama Indonesia, Soekarno, sangat membanggakan eksistensi guling. Dirinya bahkan mengeklaim benda itu sebagai salah satu identitas bangsa, lantaran hanya Indonesia yang memilikinya.
"Kami lah satuâsatunya bangsa di dunia yang mempunyai sejenis bantal yang dipergunakan sekadar untuk dirangkul. Di setiap tempat tidur orang Indonesia terdapat sebuah bantal sebagai kalang hulu dan sebuah lagi bantal kecil berbentuk bulat panjang yang dinamai guling," ujar sang Bapak Proklamator dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams.
Padahal, guling bukan cuma ada di Indonesia. Alat tidur serupa juga banyak dijumpai di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur. Malahan, guling ala Asia Timur disinyalir memengaruhi eksistensi Dutch wife.
Melansir Dynamic Korea, guling di Asia Timur akrab dikenal dengan istilah jukbuin, chikufujin, atau zhufuren, yang dalam bahasa Indonesia disebut 'istri bambu.' Guling yang terbuat dari anyaman bambu ini setidaknya sudah ada sejak zaman Dinasti Goryeo, sebagaimana disebutkan dalam novel Story of The Bamboo Wife karya Yi Gok (1298-1351).
Pengaruh istri bambu terhadap istri Belanda juga bisa dilihat melalui definisi Oxford English Dictionary. Kamus ini mengartikan Dutch wife sebagai 'sebuah kerangka berlubang-lubang dari rotan yang digunakan di Hindia Belanda untuk sandaran anggota badan di tempat tidur.'