Indonesia Punya Cerita

Diplomasi Asap Kretek ala Agus Salim

The Grand Old Man. Demikian julukan sang ‘orang tua besar’ yang teramat piawai soal urusan diplomasi: Agus Salim.

Featured-Image
Diplomasi Kretek ala Agus Salim (Foto: dok. iNews)

bakabar.com, JAKARTA -The Grand Old Man. Demikian julukan sang ‘orang tua besar’ yang teramat piawai soal urusan diplomasi: Agus Salim. Dia tak pernah berhenti berkontribusi untuk Indonesia, meski usianya kian renta.

Pria berjanggut itu sudah beberapa kali menjajal posisi menteri luar negeri, mulai dari kabinet Sjahrir II, Amir Sjarifuddin, hingga Mohammad Hatta. Dirinya pun sering bepergian ke negeri orang, dengan tujuan memastikan keajegan Indonesia.

Salah satu agenda yang dia jalani di usia tak lagi muda, ialah menghadiri perayaan penobatan Ratu Elizabeth II. Mengutip Haji Agus Salim: Karya dan Pengabdiannya (1985) karya Mukayat, dijelaskan bahwa pria yang menguasai sembilan bahasa itu diperintah langsung oleh Presiden Soekarno untuk menghadiri agenda tersebut.

Tepatnya pada 3 Juni 1953, selang beberapa bulan usai Raja George VI mangkat, Kerajaan Inggris menggelar acara perjamuan di Westminster Abbey, London. Bersama Sri Paku Alam dan Duta Besar RI di Inggris-Robert Brash, ketiganya berangkat ke sana.

Baca Juga: Twitter Hadirkan Ikon-Ikon Baru, Bikin Cuit Makin Gaya

Tak bisa lepas dari Rokok Kretek

Di sepanjang perjalanan menuju Westminster Abbey, Brash tak bisa tenang. Hatinya gelisah, seraya mewanti-wanti tamunya, Agus Salim, untuk berhenti merokok bila mobil yang mereka tumpangi memasuki gedung.

Keresahan Brash yang demikian bukanlah tanpa alasan. Sejak berangkat dari penginapan, Agus Salim tak bisa berhenti memantik rokok kreteknya, mengingat sang diplomat adalah perokok berat.

Merokok di Ruang Perjamuan

Agus Salim sempat mengamini perkataan Brash yang memintanya berhenti merokok, manakala mobil mereka memasuki Westminister Abbey. Namun, pria kelahiran 8 Oktober 1884 itu kembali menyulut kreteknya di ruang perjamuan.

Di dalam ruangan tersebut, bukan cuma Agus Salim yang merokok. Sejumlah tamu undangan lainnya pun melakukan hal serupa. Namun, ketika mengisap kretek andalannya, semua mata mulai menatap sinis Agus Salim.

Baca Juga: Buruan! PT KAI Buka Lowongan Kerja untuk Tingkat SMA dan D3, Simak Ketentuannya

Asap rokok yang dia isap menarik perhatian banyak orang. Tak terkecuali suami Ratu Elizabeth II, Pangeran Philip, yang semula tengah menjamu para elite Inggris. Mereka tidak suka dengan bau rokok milik Agus Salim.

Duke of Edinburgh itu pun melayangkan keberatan. Dia berkata, “Para hadirin, dari manakah bau yang tidak sedap ini berasal?”

Alih-alih tersinggung, Agus Salim justru mendekatinya dengan tenang, sembari berujar, “Yang Mulia, bau tidak sedap itu adalah rokok kretek yang sedang saya isap, terbuat dari tembakau dan cengkih.”

“Boleh saja Yang Mulia tidak menyukainya. Tapi, justru bau inilah yang menarik minat pelaut Eropa untuk beramai-ramai datang ke negeri kami tiga abad yang lalu,” sambung pria ‘orang tua besar’ itu.

Baca Juga: Bunda Corla Dikira Transgender Gegara Suara Berat, Benarkah Pengaruh Rokok?

Jawaban Agus Salim yang demikian membuat Pangeran Philip terdiam. Guna mencairkan kembali suasana yang kadung jadi canggung, Duke of Edinburgh pun meminta para hadirin menikmati acara dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing.

Membekas dalam Benak Pangeran Philip

Meski sempat membuat seisi ruangan jadi tegang, jawaban Agus Salim sangat membekas di benak Pangeran Philip. Dia pun memperkenalkan tamu asal Indonesia itu kepada sang istri, Ratu Elizabeth II.

This gentleman comes from Indonesia,” begitu katanya. Lantas, jawaban Agus Salim yang demikian pun dikenal sebagai ‘diplomasi rokok kretek.’ 

Sementara itu, putri sang diplomat yang bernama Siti Asiah, menjelaskan makna sebenarnya dari tindakan ayahnya. Melalui buku Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik (2013), wanita yang akrab disapa Bibsy itu menuliskan, “Ayah tidak berniat merokok dalam acara kenegaraan itu, tapi itu adalah (bentuk) diplomasi ayah.”

Editor


Komentar
Banner
Banner