bakabar.com, MARABAHAN – Berbeda dengan 2019, kebakaran hutan dan lahan di Barito Kuala hingga pertengahan September 2020 jauh menurun.
Menukil data dari Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batola, baru terjadi 5 karhutla sejak Agustus 2020.
Adapun total luasan lahan yang terbakar sekitar 10 hektar. Kejadian terbesar di Desa Jambu, Kecamatan Kuripan, Minggu (13/9).
Api menggasak padang semak belukar dan persawahan pasca-panen yang berada di lahan seluas 8 hektar. Pemadaman sendiri menggunakan water bombing dari BPBD Kalimantan Selatan dan manual.
Kemudian 2,5 hektar lahan lagi terbakar di Desa Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh, juga berupa padang semak dan pohon galam.
Catatan tersebut berbanding terbalik dengan 2019. Api sudah berkecamuk sejak akhir Juli di hampir semua kecamatan di Batola.
Sempat mereda di akhir Agustus 2019 akibat hujan di berbagai kawasan, titik-titik api kembali bermunculan mulai awal Oktober 2019 di Kecamatan Cerbon, Rantau Badauh, Mandastana, Alalak dan Jejangkit.
Bahkan Mandastana seakan dikelilingi api, mengingat terdapat sekitar 32 kejadian dari 43 kebakaran lahan sejak pertengahan Oktober hingga awal November 2019.
Total sepanjang 2019, telah terjadi 164 kebakaran yang menghanguskan 999,8 hektare hutan dan lahan di Bumi Selidah.
“Kami bersyukur karena kebakaran hutan dan lahan di Batola sekarang tidak separah 2019,” sahut Kepala Pelaksana BPBD Batola, Sumarno, Sabtu (19/9).
“Situasi ini antara lain disebabkan kemarau basah, karena lebih banyak hujan daripada kemarau biasanya,” tambahnya.
Kendati kemarau basah, potensi api masih berpeluang muncul, seandainya masyarakat dan perusahaan perkebunan masih melakukan pembalakan liar untuk membersihkan lahan.
“Status siaga kebakaran hutan dan lahan di Batola berlangsung sampai Oktober 2020. Kami berharap tak terjadi lagi kebakaran yang lebih banyak sampai puncak musim hujan,” tandas Sumarno.