bakabar.com, BARABAI – Satu lagi jembatan gantung selesai dibangun di daerah terdampak banjir bandang, Desa Alat Kecamatan Hantakan, Hulu Sungai Tengah (HST).
Perlu waktu 10 hari, para relawan yang tergabung dalam Vertical Rescue Indonesia (VRI) dan Yayasan Ruang Pelita Kalimantan menyelesaikan jembatan dengan jenis perintis itu.
Komandan Tim Ekspedisi Jembatan Gantung, Roki Saputra menyebut pengerjaan jembatan itu tidak banyak menghadapi kendala. Hanya keterlambatan datangnya material yang sedikit
menambah waktu penyelesaian jembatan ke 128 se-Indonesia oleh VRI.
“Terhitung 8 hari pengerjaan, 2 hari finishing dan kemaren peresmian,” kata Roki, Kamis (26/8).
Roki merincikan, dalam pengerjaannya, jembatan itu terinsiprasi dari teknik petualang. Seperti membuat deatman sebagai pancang pondasi jembatan yang biasanya dipakai untuk melakukan
evakuasi korban.
Untuk ukuran jembatan, bentangan dari Desa Waki RT 2 ke RT 3 memiliki panjang 80 meter dengan lebar 1,2 meter. Tingginya mencapai 2,50 meter dari permukaan tanah.
“Becermin dari bencana kemarin, kita juga memperhitungkan antisipasi banjir dengan menaikkan setengah meter dari ketinggian air kemarin,” tutup Roki.
Jembatan yang diberi nama Jembatan Harapan ini akhirnya diresmikan. Peresmiannya ditandai dengan pemotongan pita dan mengadakan syukuran terbatas bersama warga setempat, Rabu (25/8) tadi.
Manager Yayasan Ruang Pelita Kalimantan, Retno Sulisetiyani menybutkan, jembatan itu adalah persembahan orang-orang baik dari seluruh Indonesia yang berdonasi di Kitabisa.com.
Yayasan Ruang Pelita hanya sebagai perantara penyalur bantuan sesuai dengan yang sudah diusulkan.
“Total nominal keseluruhan untuk pembuatan ini sekitar Rp125 juta yang merupakan dana masyarakat yang terhimpun dalam kanal donasi online,” kata Retno.
Masyarakat di sana pun menyambut baik berdirinya Jembatan Harapan. Terlebih para relawan bekerja tanpa pamrih siang-malam.
Jembatan yang menghubungkan Desa Alat RT 2 dan RT3 itu merupakan akses vital bagi warga di sana. Terutama dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti menuju ke kebun maupun sekolah dan beribadah. Sesuai dengan namanya, Jembatan Harapan, jembatan ini memang sangat diharapkan masyarakat. Delapan bulan menanti hingga adanya jembatan tersebut.
Kepala Desa Alat, Aswandi mengatakan, sebelumnya masyarakat menggunakan akses jembatan darurat pasca-banjir bandang 13 Januari 2021 malam lalu.
Seiring perjalanannya, jembatan darurat itu sudah sembilan kali tersapu banjir saat debit air meningkat.
“Sekarang kami sangat terbantu dengan adanya jembatan ini. Ditambah lagi ini merupakan akses vital masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan yang pasti memakai akses jembatan,” aku Aswandi.
Sebelumnya, jembatan tersebut secara simbolis diresmikan dengan pemotongan pita yang dipimpin Guru Arsyad selaku pemimpin Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Hantakan.
Persmiannya turut didampingi oleh Manager Yayasan Ruang Pelita Kalimantan dan Tim VRI serta segenap unsur masyarakat.
“Hadirnya jembatan ini sangat dinantikan oleh masyarakat, sehingga sangat bermanfaat bagi masyarakat,” kata Guru Arsyad.
Pada kesempatan itu, digelar pemotongan nasi tumpeng dan doa bersama agar jembatan tersebut dapat awet dan bertahan lama serta berfungsi maksimal untuk masyarakat.
“Mudah-mudahan dengan adanya jembatan ini, semua yang turut terlibat dikumpulkan oleh Allah swt dalam surganya. Itu ganjaran yang paling luar biasa dari Allah,” tutup Arsyad.