bakabar.com, BATULICIN - Kendati lebih akrab dengan platform media sosial kekinian seperti TikTok atau Instagram, tetapi hal itu tak menyurutkan semangat ratusan pelajar SMKN 1 Simpang Empat untuk menghadiri Workshop "Smart Reading" pada Senin (30/10).
Acara yang berlangsung di Aula SMKN 1 Simpang Empat itu menghadirkan redaktur bakabar.com, Puja Mandela.
Dalam pemaparannya, penulis buku Tak Semua Hal Harus Masuk Akal itu menekankan pentingnya sikap selektif dalam mencerna konten di media sosial. Sebab, kata dia, tak semua konten tersebut bermanfaat. Sebagian di antaranya justru bisa menimbulkan dampak negatif.
"Karena kalau terlalu sering mengonsumsi berita-berita negatif seperti bunuh diri, itu bisa berdampak tidak baik untuk psikologi seseorang. Sementara di luar sana, tidak semua media mematuhi etika dalam pemberitaan. Masih banyak media yang mengeksploitasi kasus-kasus semacam itu," jelasnya.
Dia menilai sikap selektif saat mengonsumsi konten di media sosial juga bagian dari kecerdasan. Orang yang cerdas, kata dia, tak akan percaya begitu saja pada konten yang beredar di internet.
"Contohnya video Pak Jokowi yang berbicara bahasa Cina. Tapi saya yakin semua peserta di sini paham jika itu adalah buatan AI (artificial intelligence)," paparnya.
Anggota Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan itu juga menyampaikan alasan mengapa aktivitas membaca itu masih sangat penting.
Menurut dia dengan membaca buku, seseorang bisa mendapatkan informasi yang lebih mendalam, dibandingkan, misalnya, menonton konten di TikTok.
"Di TikTok itu biasanya cuma kulit-kulitnya. Misalnya, Anda menyukai Najwa Shihab, Anda tidak bisa mendapatkan informasinya hanya dari TikTok atau Wikipedia. Anda harus membaca buku biografinya," katanya.
Pada sesi berikutnya, Puja Mandela mengajak para pelajar SMKN 1 Simpang Empat untuk membaca novel MAY karya Sandi Firly yang memiliki latar belakang peristiwa "Jum'at Kelabu" di Banjarmasin.
"Semua pelajar dan guru-guru di sini wajib membaca novel ini. Salah satu novel terbaik yang pernah saya baca. Penggambarannya soal suasana Banjarmasin saat tragedi Jum'at Kelabu dan sosok wanita bernama May itu teramat keren untuk dilewatkan," katanya.
Berdasarkan survei yang dia lakukan sebelum workshop dimulai, dari 100 peserta, ada 48,4 persen responden yang menyebut TikTok adalah platform favoritnya. Bukan hal mengejutkan, sebab TikTok memang menjadi aplikasi paling diminati oleh Gen Z.
Lalu, 75,8 persen responden masih meyakini aktivitas membaca itu penting. Sebanyak 24,2 persen menyebut jika membaca adalah hal yang tidak terlalu penting. Selanjutnya, 15,1 persen responden mengaku lupa, kapan terakhir kali mereka membaca buku.
"Kalau dilihat mereka ini tak sekadar melek teknologi, tapi juga lumayan melek politik. Misalnya, mereka mengikuti soal isu Pilpres 2024," ucapnya.
Mewakili Kepala Sekolah SMKN 1 Simpang Empat, Amran Ali, Wakasek Kurikulum, Muhammad Yusuf, mengharapkan kegiatan ini bisa digelar berkelanjutan. "Karena sudah cukup lama kegiatan tentang literasi ini baru dilaksanakan lagi," ucapnya.
Terkait workshop tersebut, Yusuf menyampaikan pesan kepada murid-muridnya.
"Buku adalah gudangnya ilmu. Kuncinya membaca. Walaupun kalian punya banyak buku di hape kalian, karena sekarang ada perpustakaan online, tapi kalian tidak pernah menggerakkan diri untuk membaca, ya, tidak bisa. Yang bisa menggerakkan kalian, ya, diri kalian sendiri," katanya.
Karena itu, dia berharap kegiatan tersebut bisa bermanfaat untuk 100 pelajar yang dipilih secara acak.
"Ini adalah momentum. Jadi tolong diserap baik-baik ilmunya," tutupnya.
Sementara Ketua Panitia Workshop Smart Reading, Wahyuni, merasa bersyukur acara tersebut berlangsung lancar. "Semoga bermanfaat," katanya.