bakabar.com, JAKARTA - Senior Investment Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menyoroti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang melandai. Depresiasi rupiah tertolong.
Menurut Nafan, hal itu dikarenakan angka IKK masih dibawah forecast dan previous.
"Sekarang posisinya 123,5, sebelumnya itu 127,1, bahkan forecast-nya di 127,5," katanya kepada bakabar.com, Rabu (9/8).
Baca Juga: Gejolak Perbankan AS Bikin Labil Kurs Rupiah
Penurunan IKK merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab depresiasi rupiah terhadap dolar AS.
Namun, kata Nafan, nilai mata uang Indonesia sebenarnya memiliki kabar baik jika berkaca pada data Produk Domestik Bruto (PDB). Pasalnya, nilai tukar rupiah tertolong oleh data domestik.
"Data GDP Indonesia pada Q2-2023 berada diatas ekspektasi, 5.17% YoY, dan itu cukup oke," terangnya.
Ditambah cadangan devisa milik Indonesia berada dilevel yang cukup baik. "Ya, masih sekitar USD 137,7 miliar," sambungnya.
Lebih jauh, ia mengimbau agar pemerintah tetap harus memantau perkembangan data US CPI maupun US PPI. Rencananya akan diproyeksikan meningkat, Jumat (11/8).
"Ini (data PPI dan CPI) berpotensi menjadi penyebab kinerja dolar AS terapresiasi," jelasnya.
Sementara, jika inflasi AS masih di atas target The Fed pada 2 persen, maka The Fed memiliki ruang untuk meningkatkan suku bunganya pada kuartal keempat.
Dari keterangan yang ada, saat ini suku bunga yang ditetapkan berada di angka 5,5 persen.
Baca Juga: Kurs Rupiah, Pengamat: Terlihat dalam Pergerakan Konsolidasi
Nafan menyebut masih ada kesempatan untuk The Fed meningkatkan satu kali suku bunga acuannya. Apabila inflasi AS masih di atas target The Fed pada 2 persen. "Bisa di level 5,75%," terangnya.
Imbas dari sentiment tersebut, US Treasury Yield akan naik. Mata uang dolar AS terapresiasi. Sehingga rupiah terdepresiasi.
Hal itu membuat para pelaku pasar akan terus menyoroti kebijakan moneter The Fed. Termasuk yang memberikan implikasi terhadap nilai tukar mata uang Indonesia.