debat cawapres

Debat Cawapres dan Outfit yang Penuh Pesan, Apa yang Ingin Mereka Sampaikan?

Outfit yang dikenakan para paslon pada Debat cawapres pada Jumat pekan lalu punya pesan sendiri. Ada alasan khusus melalui pilihan busana yang mereka kenakan.

Featured-Image
Busana yang dikenakan tiga paslon di acara debat cawapres pada Jumat malam (22/12) lalu membawa pesan sendiri. Sumber: Antara

bakabar.com, JAKARTA - Debat cawapres yang berlangsung pada Jumat malam (22/12) lalu ternyata membawa pesan sendiri. Melalui busana yang mereka kenakan, tiga paslon malam itu punya 'sesuatu' yang ingin disampaikan.

Pengamat mode sekaligus perancang busana dari Indonesian Fashion Chamber (IFC) Lisa Fitria membedah pesan yang disampaikan para paslon melalui outfit yang mereka pakai saat acara debat cawapres itu.

Paslon nomor urut 1, pasangan Anies Baswedan dam Muhaimin Iskandar tampil formal dengan mengenakan setelan jas, kemeje putih tanpa dasi dan peci hitam. Pasangan ini konsisten menampilkan gaya formal layaknya pejabat negara di berbagai belahan dunia.

Tampilan ini juga dihadirkan pada debat pertama pada 12 Desember lalu.

"Mungkin ingin mengembalikan rasa pejabat zaman dulu atau ingin mensejajarkan pejabat negara selevel dengan pejabat negara lain yang memakai setelan jas sebagai tanda bahwa mereka adalah pejabat," kata Lisa seperti dikutip dari Antara.

Baca Juga: Raffi Ahmad Datang di Debat Cawapres: Saya Ingin Lihat Debat yang Demokratis

Beralih pada Cawapres Nomor Urut 2 Gibran Rakabuming Raka, yang seperti pada debat pertama memilih kemeja biru muda, menampilkan kesan kasual dan bahwa pejabat negara itu humble atau rendah hati. Busana Gibran senada dengan yang dikenakan pasangannya Calon Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto.

Ada konsistensi yang dihadirkan keduanya, inline dengan personal branding dan strategi branding yang mereka usung.Lisa berpendapat pemilihan busana ini dilatarbelakangi karena keduanya membidik ke Gen Milenial dan Gen Z.

Pemilihan warna biru langit atau laut mewakili langit dan laut, dan dikaitkan dengan ruang terbuka, kebebasan, intuisi, imajinasi, luas, inspirasi, dan kepekaan. Biru juga mewakili makna kedalaman, kepercayaan, kesetiaan, ketulusan, kebijaksanaan, kepercayaan, stabilitas, iman, surga, dan kecerdasan.

"Dengan bungkusan hanya kemeja kasual untuk menunjukkan anti ribet. Karena generasi sekarang membutuhkan sesuatu yang enggak ribet dalam segala hal," tutur Lisa.

Sementara itu, Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3 Mahfud Md dan Calon Presiden Ganjar Pranowo memilih busana daerah. Mahfud mengenakan pakaian khas Madura yang menurut Lisa bertujuan untuk memperkuat asal usulnya.

Lisa menjelaskan, baju Madura memiliki dua lapisan jenisnya, yaitu lapisan priyayi dan lapisan rakyat. Lapisan yang dikenakan Mahfud merupakan baju rakyat khas Madura untuk menunjukkan dia bersama rakyat demi membangun Indonesia.

Di sisi lain, Capres Ganjar Pranowo juga tampil dengan busana adat dalam debat. Berbeda dengan Mahfud, dia memilih pakaian Suku Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berbicara pesan yang ingin disampaikan, Lisa berpendapat ini merupakan bentuk kepedulian sang capres tentang kebinekaan suku yang beragam di Indonesia.

"Dan sepertinya juga mau menampilkan kesuksesan Pak Jokowi yang selalu memakai busana adat berbagai suku di Indonesia dan menjadi pusat perhatian selama ini," kata dia yang mencatat biasanya busana adat hanya dipakai untuk acara tertentu seperti HUT RI, Sumpah Pemuda atau hari nasional tertentu.

Makna busana adat Rote memiliki makna dan folisofi kuat. Topi ti’I langga memiliki bentuk runcing menggambarkan sifat orang Rote yang cenderung bertekad keras. Topi ini dibuat dari bahan dasar daun lontar kering yang dipercaya sebagai simbol kewibawaan dan simbol kepercayaan bagi kaum laki-laki Suku Rote.

"Feeling saya sih akan tematik berbeda beda tiap acara debat. Kalau yang pertama mereka kompak memakai pakaian casual sporty dengan gaya anak muda untuk mencitrakan pemikiran yang modern dan visi yang jauh ke depan sesuai dengan perkembangan zaman juga positioning untuk meraih suara dari Gen Z dan Milenial," ujar Lisa.

Editor


Komentar
Banner
Banner