bakabar.com, JAKARTA – Selalu terdapat hikmah di balik musibah. Inilah pengalaman Leani Ratri Oktila, paralimpian peraih dua emas untuk Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020.
Leani Ratri Oktila mencetak sejarah di Paralimpiade, karena menjadi paralimpian pertama Indonesia yang meraih dua emas sekaligus.
Emas pertama disumbangkan melalui bulutangkis ganda putri kelas SL3-SU5 bersama Khalimatus Sadiyah, Sabtu (4/9).
Sehari berselang pebulutangkis berusia 30 tahun itu menyabet emas ganda campuran kelas SL3-SU5 bersama Hary Susanto.
Selain sepasang emas, Leani juga menyumbangkan sekeping emas melalui tunggal putri kelas SL4.
Pencapaian tersebut terbilang sensasional, sekaligus dapat menggugah semangat orang-orang yang pernah mengalami momen buruk seperti Leani.
Lahir dari keluarga sederhana di Riau, anak kedua dari sepuluh bersaudara ini mengenal badminton sejak usia 7 tahun dari orang tua, sekaligus pelatih pertama.
Bahkan dalam usia 9 tahun, Leani sudah dipercaya mewakili Riau bertanding di event nasional.
Namun di pertengahan 2011, Leani mengalami kecelakaan lalu lintas, ketika dibonceng sepeda motor.
Kecelakaan itu mematahkan kaki dan tangan kiri patah. Selanjutnya Leani mengalami leg length differrence atau penghambatan pertumbuhan kaki.
Akibatnya hingga menjelang dewasa, pertumbuhan kaki kiri Leani tidak seimbang dengan kaki kanan.
Beruntung Leani dikelilingi keluarga dan orang-orang yang selalu memberi dukungan semangat untuk bangkit.
Setahun pascakecelakaan, Leani kembali berlatih dan mengikuti kejuaraan untuk penyadang disabilitas pertama di Peparnas 2012 di Riau.
Faktanya bakat Leani tidak pupus akibat kecelakaan tersebut. Hal itu dibuktikan lewat perolehan masing-masing sekeping emas dan perak.
Memasuki awal 2013, Leani dipanggil mengikuti pemusatan latihan National Paralympic Committe (NPC) Indonesia.
Performa Leani semakin teratas yang ditandai predikat BWF Female Para Badminton Player of the Year 2018 dan 2019.
Sampai sekarang Leani tercatat sebagai pebulutangkis papan atas di kelas women's single SL4 dan mixed double SL3-SU5.
Tak mengherankan kalau stamina Leani tetap konstan, kendati harus bertanding empat kali dalam hitungan 24 jam dalam perjalanan meraih medali.
Empat partai itu terdiri dari satu partai semifinal ganda putri, kemudian berturut-turut final tunggal putri, ganda putri dan ganda campuran.
“Saya tentu sangat bangga bisa menyumbangkan medali emas untuk Indonesia,” ungkap Ratri seperti dikutip dari siaran pers Media NPC Indonesia.
“Apalagi ini emas pertama di Paralimpiade modern. Pun saya berhasil meraih medali, ketika para bulutangkis pertama kali dipertandingkan di Paralimpiade,” imbuhnya.
Sebagai bentuk apresiasi pemerintah, Leani hampir dipastikan meraih bonus senilai total Rp13,5 miliar.
Rinciannya Rp11 miliar untuk keberhasilan meraih sepasang emas, serta Rp2,5 miliar untuk medali perak.