bakabar.com, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengunjungi supplier agrikultural Enerfo dan retail modern di Sao Paulo, Brasil untuk mendalami proses bisnis end to end pangan Brasil agar bisa memperkuat stok pangan nasional.
“Bagaimana saat ini pangan sudah dikelola melalui sistem dan teknologi yang semakin maju, sehingga produksi, stok, dan kepastian harganya bisa dijaga dengan begitu presisi," ujar Arief dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat (19/5).
Arief menuturkan hal itu akan terus dipelajari dan mulai ditingkatkan penerapannya di dalam negeri. Selanjutnya, kondisi produksi, pasokan, dan harga pangan yang fluktuatif menjadi isu utama yang harus mampu dimitigasi secara berkelanjutan.
Lawatan ke Brasil dipilih karena Brasil memiliki pengelolaan pangan yang baik. Selain itu, Brasil juga memiliki karakteristik yang mirip dengan Indonesia, yakni sama-sama berada di zona ekuator, memiliki wilayah yang luas dan beragam.
Baca Juga: Penyaluran Daging dan Telur, Bapanas: Turunkan Stunting dan Stabilitas Harga
"Sebagai negara besar dengan basis agroindustri, Brasil menjadi salah satu negara yang menarik untuk dipelajari, khususnya dari sisi bagaimana menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan," katanya.
Arif menambahkan, "Bagaimana proses bisnis dan manajemen stok pangan di negara tersebut dijalankan, agar semua produk pangan utamanya yang memiliki umur simpan pendek dapat tersedia sepanjang waktu."
Terkait pengelolaan pangan di negara tersebut, Arief berpendapat, apa yang dilakukan Brasil dalam menjaga stok pangan nasionalnya tidak terlepas dari peningkatan produksi pangan di dalam negeri. Maka dari itu, penguatan industri pangan berbasis produksi pangan dalam negeri yang kuat menjadi keniscayaan dalam rangka mengurangi ketergantungan impor.
"Kita harus secara paralel mulai mengurangi ketergantungan impor dengan meningkatkan produksi pangan di dalam negeri. Banyak hal yang dapat dipelajari seperti bagaimana Brasil berhasil mengelola produksi tebu sampai dengan raw sugar serta mengembangkan industri daging sapi atau live cattle,” katanya.
Baca Juga: Penyaluran Bantuan Beras di Daerah Terluar, Bapanas: Berjalan Lancar
Selain itu, upaya mempelajari dan membangun kerja sama dengan negara lain ini menjadi salah satu bentuk antisipasi menghadapi ancaman krisis pangan global.
"Beberapa komoditas pangan strategis memang masih dipenuhi dari luar dikarenakan produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan nasional. Karena itu, selain meningkatkan produksi pangan dalam negeri, kita juga harus tetap menjaga kerja sama dengan negara lain untuk memastikan kecukupan pangan kita,” tuturnya Arief.
CEO Enerfo Grup Chandy Kusuma menyampaikan bahwa pengembangan model komoditas yang terintegratif end to end dari hulu hingga hilir salah satu kunci untuk menjaga stabilitas ketersediaan dan stok pangan.
"Pengembangan model usaha untuk komoditas tebu, kedelai dan jagung di Brasil dapat dijadikan model untuk diadaptasi di Indonesia dengan menyesuaikan budaya dan kebiasaan yang ada. Upaya ini perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi produksi komoditas pertanian sehingga meningkatkan daya saing di dalam negeri," ungkapnya.