bakabar.com, KUALA KAPUAS – Riwayat termenung di samping gerobak sate dagangannya.
Di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level IV, pria 62 tahun itu hanya bisa tertunduk lesu meratapi dagangannya yang tak laku.
Riwayat biasanya berjualan di ujung Jalan Seroja, tepatnya di depan Sekolah Catur Kuala Kapuas.
Riwayat bercerita semenjak pemerintah memberlakukan penyekatan di sejumlah ruas jalan di Kota Kuala Kapuas, dagangannya sepi pembeli.
Biasanya, Riwayat membuka dagangannya pukul 12.00 WIB hingga malam hari. Namun saat diberlakukannya penyekatan, dia memajukan jam buka yaitu sejak pukul 08.00 WIB pagi hingga sore hari.
Pada hari pertama penyekatan, pembeli yang datang hanya beberapa orang. Ratusan tusuk sate yang tidak laku terpaksa dibawanya pulang. Jangankan mendapatkan untung, mengembalikan modal saja Riwayat tak mampu.
Walau rugi, ayah tiga orang anak ini mencoba mencari peruntungan di hari kedua penyekatan.
“Di hari kedua ini sejak buka dari pagi hari hanya beberapa tusuk sate yang laku,” katanya.
“Dan sejak penyekatan pukul 14.00 WIB tadi hingga sekarang sekitar pukul 15.30 WIB belum ada satupun pembeli yang datang,” ungkap Riwayat sambil meneteskan air mata.
Sambil menangis, dia menceritakan sulitnya mengais rezeki di tengah pandemi Covid-19 ini. Lokasi jualannya yang berada di samping area penyekatan pun, membuat Riwayat tak mampu berbuat banyak.
Namun Riwayat memahami bahwa penyekatan dan PPKM yang diberlakukan pemerintah tak lain demi keselamatan masyarakat Kabupaten Kapuas. Dirinya pun mengaku akan taat dengan semua aturan.
“Semua aturan ini kami sadari untuk kebaikan bersama, untuk menurunkan penyebaran Covid-19,” ucapnya.
Namun sebagai pedagang kecil, Riwayat berharap pemerintah dapat memperhatikan nasib dirinya dan membantunya.
“Hanya dengan berjualan saya bisa menafkahi keluarga saya, tetapi dengan kondisi sekarang ini saya tak dapat berbuat banyak,” tutupnya lirih.