Minuman Berpemanis

Cukai Minuman Berpemanis dan Plastik, YLKI: Dampaknya Tak Signifikan

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengakui dampak ekonomi yang diakibatkan minuman berpemanis dan plastik tidak signifikan.

Featured-Image
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi.  Foto-net

bakabar.com, JAKARTA - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengakui dampak ekonomi yang diakibatkan dari kebijakan cukai minuman berpemanis dan plastik dianggap tidak signifikan.

Dengan diberlakukannya cukai, pemerintah menargetkan penerimaan negara sebesar Rp4,08 triliun. Angka itu berasal dari cukai produk plastik sebesar Rp980 miliar, dan minuman bergula dalam kemasan Rp3,08 triliun.

"Ada dampaknya tapi tidak signifikan," katanya kepada bakabar.com, Selasa (25/7).

Kendati begitu, Tulus mengamini jika dampak dari minuman berpemanis dan penggunaan plastik sangat berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan.

Baca Juga: Cukai Minuman Berpemanis dan Plastik tak Terealisasi, YLKI: Askolani Tampak Ambigu

Karena itu, Tulus mendukung agar agar cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) segera terealisasi. Alasannya, cukai berguna untuk menekan angka konsumsi gula di masyarakat. Jika dibiarkan, tak sedikit warga berpotensi mengalami obesitas, diabetes melitus tipe 2 dan penyakit jantung. 

Sementara itu, penggunaan plastik juga harus dibatasi, karena sifatnya yang mencemari lingkungan. Temuan terakhir, plastik dalam bentuk nano plastik telah ditemukan di dalam perut ikan yang merupakan bagian dari santapan utama manusia.

"Cukai itu filososinya utk pengendalian konsumsi dan dampak lingkungan," ungkap Tulus.

Jika konsumsi MBDK dan penggunaan plastik sekali pakai bisa ditekan, kebijakan itu akan berdampak terhadap penurunan konsumsi. Untuk itu, Tulus menganjurkan agar konsumsi minuman berpemanis dan penggunaan plastik bisa dikendalikan.

Baca Juga: Cukai Minuman Berpemanis dan Plastik, Pengamat: Itu Mematikan UMKM

Lebih jauh, Tulus mengkhawatirkan, jika tidak dikendalikan, penggunaan plastik akan semakin marak sehingga akan merusak lingkungan. Karena itu, jangan sampai masyarakat justru beralih menggunakan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang bahan wadahnya adalah plastik. Jika itu yang terjadi, maka bencana akan melanda Indonesia.

"Konsumen MBDK, akan migrasi untuk mengonsumsi AMDK. Klop kan?," pungkasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner