bakabar.com, BEIJING - Setelah menggarap proyek matahari dan bulan buatan, kini China mulai menggarap proyek menciptakan curah hujan dengan roket dan satelit. Kendati demikian, proyek ambisius itu masih disanksikan sebagian kalangan.
Proyek bernama ‘Tianhe Project’ alias ‘Sungai Angkasa’ yang memakan anggaran sebesar 19 juta dolar AS atau setara dengan Rp 199 miliar merupakan proyek percobaan hujan buatan terbesar di dunia. Tujuannnya adalah untuk mengalihkan uap air berlebih di atas cekungan sungai Yangtze menuju ke kawasan yang lebih kering di China.
Baru-baru ini, Para ilmuwan dari Universitas Tsinghua dan Qinghai Cina mulai mengembangkan satelit dan roket yang kemudian akan memantau keberadaan gerakan uap air tersebut, dan mengarahkannya kembali untuk menciptakan curah hujan.
Surat kabarPeople’s Dailyawal bulan ini melaporkan enam satelit yang dikembangkan oleh Shanghai Academy of Spaceflight Technology dijadwalkan akan mulai beroperasi pada 2022. Satelit akan memandu pembuatan koridor udara di atas sungai terbesar di Asia itu, dan untuk memantau distribusi uap air di udara.
Menurut mantan Perdana Menteri China Wen Jiabao, krisis air dapat menjadi ancaman terbesar bagi kebangkitan Cina sebagai negara adikuasa karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan stabilitas di sana. Jika proyek itu berhasil, maka sistem ini bisa mengalihkan 5 miliar meter kubik air setiap tahun untuk meringankan daerah yang kering di utara China. Namun fisikawan dari China dan Australia meragukan kemungkinan keberhasilannya.
“Saya pikir proyek ini terlalu ambisius,” kata ahli meteorologi dan fisikaABC, Nate Byrne. “Ini persoalan tentang sejumlah besar energi yang akan diperlukan hanya untuk menguapkan air dan itu biasanya dilakukan secara alami oleh matahari.”
Agenda proyek ini mengikuti tren proyek sebelumnya, di mana China mencoba untuk merekayasa aspek lingkungan alam. Awal bulan ini, para ilmuwan menciptakan “matahari buatan”. Sementara bulan lalu, mereka mulai menciptakan “bulan buatan” untuk menggantikan lampu jalan kota pada 2020.
Sumber: Republika
Editor: Muhammad Bulkini