bakabar.com, PORTO – Chelsea berhasil mengalahkan Manchester City untuk merebut gelar Liga Champions, Minggu (30/5/2021).
Gol tunggal Kai Havertz membawa Chelsea memenangi final Liga Champions yang digelar di Stadion Dragao, Porto, Portugal.
Kai Havertz mencetak gol bagi Chelsea, tiga menit jelang turun minum. Gol itu tak sanggup dibalas Manchester City.
Bagi pelatih Chelsea, Thomas Tuchel trofi itu jadi raihan pertamanya sejak lima bulan lebih menangani The Blues.
Thomas Tuchel juga melanjutkan tren pelatih-pelatih Jerman menjuarai Liga Champions dalam tiga musim terakhir.
Tepatnya setelah Juergen Klopp membawa Liverpool juara pada 2019 dan Hansi Flick bersama Bayern Muenchen tahun lalu.
Jalannya Laga
Pada laga final Liga Champions ke-3 yang mempertemukan tim sesama Inggris tersebut, pelatih Manchester City, Pep Guardiola mengambil keputusan mengejutkan.
Yakni dengan meninggalkan Fernandinho di bangku cadangan.
Tak ayal membuat lini tengah City tidak dihuni satu pun gelandang bertahan pemecah serangan.
Kendati demikian susunan pemain ultra-ofensif dengan kehadiran Phil Foden dan Bernardo Silva di lini tengah mengapit Ilkay Gundogan, membuat Manchester City tampak lebih agresif melancarkan serangan.
Sayangnya, serangan itu tampak tumpul lantaran City bermain tanpa penyerang murni dan menempatkan Kevin de Bruyne di posisi penyerang tengah.
City lebih dulu mengancam lewat umpan jauh kiper Ederson Moraes.
Tetapi ruang tembak Raheem Sterling bisa ditutup oleh penjaga gawang Chelsea Edouard Mendy.
Sebaliknya Chelsea balas mengancam melalui aksi gemilang Mason Mount menyisir sisi kiri, sayang umpan tariknya gagal diselesaikan oleh Timo Werner pada menit ke-10.
Empat menit kemudian Werner kembali membuang peluang dengan tembakan yang tepat mengarah ke Ederson.
Pada menit ke-27, City melancarkan serangan cepat yang nyaris berbuah gol jika saja Antonio Ruediger tidak sigap menjegal bola yang berusaha diselesaikan Foden di muka gawang Chelsea.
Lantas tiga menit berselang, serangan City kembali tak berbuah ketika umpan tarik Kyle Walker gagal ditemui Riyad Mahrez.
Chelsea harus kehilangan Thiago Silva sejak menit ke-39 yang harus meninggalkan lapangan lebih awal karena cedera.
Akan tetapi tetapi Tuchel mempertahankan formasi tiga bek tengah dengan memasukkan Andreas Christensen.
Kebuntuan pecah tiga menit kemudian, ketika Havertz berdiri relatif jauh dari kawalan Olexandr Zinchenko sehingga dikirimi umpan terobosan oleh Mount.
Bola dikejar Havertz, dibawa melewati hadangan Ederson yang keluar sarangnya sebelum dilesakkan ke gawang yang sudah tak bertuan demi membuka keunggulan Chelsea 1-0.
Itu merupakan gol perdana Havertz di Liga Champions sepanjang kariernya.
Taktik City tak kunjung mujarab dan mereka harus mendapat kerugian lain ketika De Bruyne harus meninggalkan lapangan pada menit ke-59 digantikan Gabriel Jesus, karena cedera.
Cedera tersebut dialaminya setelah berbenturan dengan Ruediger di dekat garis tengah.
Hanya semenit kemudian para pemain City melancarkan protes keras kepada wasit Antonio Mateu Lahoz atas dugaan pelanggaran handball Reece James di dalam kotak penalti Chelsea.
Tetapi Lahoz dan VAR meyakini bola tembakan Sterling lebih dulu mengenai dada James sebelum menyentuh lengannya.
City terus berusaha menekan dan pada menit ke-68 Mahrez mengirimkan umpan tarik yang tinggal diselesaikan oleh Foden, tetapi Cesar Azpilicueta mampu memotongnya di muka gawang.
Lima menit kemudian Chelsea melancarkan serangan balik berbahaya yang diakhiri umpan terobosan Havertz, sayang sontekan penyelesaian Christian Pulisic masih melenceng di sisi gawang.
Keadaan yang tak kunjung berubah memaksa Guardiola memasukkan Sergio Aguero menggantikan Sterling pada menit ke-77.
Akan tetapi ketajaman lini depan City belum tampak membaik.
Hal itu terlihat ketika umpan tarik Dias tepat di pengujung waktu normal gagal ditemui satu pun pemain City.
Sementara Mahrez yang berusaha mengirim bola kembali ke tengah kotak penalti mendapati umpannya dipotong oleh Ben Chilwell.
Ofisial pertandingan memberi injury time selama tujuh menit karena pertandingan sempat lama terhenti ketika De Bruyne mengalami cedera.
Sayangnya, tak ada gol dramatis bagi City dan Chelsea mampu menjaga keunggulan 1-0 hingga bubaran untuk menggenggam trofi Liga Champions di tangan mereka.
Komentar Thomas Tuchel
Sukses Chelsea diakui Thomas Tuchel sebagai patokan level penampilan yang tinggi di masa mendatang.
“Level sudah ditetapkan dan ketika selebrasi usai dan pengalaman ini sudah selesai kami enyam, saatnya bertumbuh dan memanfaatkannya menjadi lebih baik,” katanya.
“Itu sangat penting dilakukan. Tantangan terbesarnya adalah tidak cepat puas dan mengejar target trofi berikutnya,” ujar Tuchel.
Aspek itu pula yang disampaikan Tuchel ketika untuk pertama kalinya bertatap muka langsung dengan pemilik Chelsea Roman Abramovich saat mereka melakukan selebrasi juara.
“Saya berbicara dengan pemilik klub di lapangan, momen terbaik untuk pertemuan pertama, atau malah terburuk sebab mulai sekarang semuanya akan jadi terlihat lebih buruk,” ujarnya.
“Kami akan berbicara lagi dan saya akan meyakinkannya bahwa saya belum puas. Saya masih haus gelar, menjadi bagian dari klub ambisius dan kubu kuat yang mendukung keyakinan saya dalam sepak bola secara sempurna,” tutup Tuchel.
Komentar Guardiola
Kendati kalah karena gol semata wayang Kai Havertz, pelatih Manchester City, Josep Guardiola menilai timnya bermain bagus di final Liga Champions pertama mereka sepanjang masa tersebut.
“Laga yang ketat. Untuk tim yang baru pertama kali tampil di final Liga Champions, kami menyajikan final yang bagus,” kata Guardiola selepas laga kepada BT Sport dilansir laman resmi UEFA.
“Kami memperlihatkan keberanian, terutama di babak kedua. Para pemain melakukan dan mempertaruhkan segalanya. Sayang kami tidak bisa mencetak gol karena pertahanan mereka sangat kuat. Tapi kami akan kembali lagi suatu hari nanti,” ujarnya menambahkan.
Guardiola juga membela strategi serta susunan pemain yang ia terapkan.
City bermain tanpa gelandang bertahan sepanjang babak pertama yang biasanya berfungsi mematahkan serangan lawan.
Sementara itu di lini depan, Guardiola melanjutkan preferensinya tampil tanpa penyerang murni dan memaksakan Kevin de Bruyne di garis terdepan bersama Raheem Sterling dan Riyad Mahrez.
Kedua hal itu berubah di babak kedua ketika Fernandinho masuk, juga Gabriel Jesus dan Sergio Aguero, tetapi langkah tersebut tak cukup untuk membongkar lini pertahanan disiplin yang diterapkan para pemain Chelsea.
“Saya melakukan yang terbaik dengan susunan pemain. Saya berusaha memilih susunan terbaik untuk memenangi pertandingan,” ujar Guardiola.
“Kami kesulitan mematahkan garis mereka di babak pertama. Babak kedua lebih baik, tetapi menghadapi struktur pertahanan Chelsea tidaklah mudah. Kami kelimpungan mengantisipasi bola panjang juga bola-bola kesempatan kedua. Di momen seperti itu selalu dibutuhkan penampilan inspiratif,” katanya melengkapi.
Kendati gagal menjuarai Liga Champions, Guardiola meyakini City menjalani musim yang luar biasa.
“Kami berusaha, tetapi gagal dan itu membuat kami wajib bekerja lebih keras mulai dari sekarang,” katanya.
“Sekarang saya ingin pulang dulu, bertemu keluarga, sudah lama. Sesudah itu saya akan kembali ke klub. Ini akan menjadi klub terbaik di dunia untuk beberapa tahun ke depan,” tutup Guardiola.
Guardiola menutup musim 2020/21 dengan raihan gelar juara Liga Premier Inggris dan trofi Piala Liga Inggris bagi City, yang terhenti di semifinal Piala FA serta cuma jadi runner-up Liga Champions.