Kerajinan Fesyen

Cerita Haryanto, Bikin Kostum Garuda dari Sak Semen Bekas demi Anak

Baru-baru ini kisah seorang ayah yang ingin membahagiakan anaknya bikin terharu.

Featured-Image
Haryanto, warga Dusun Tengah Dejeh, Desa Tagangser Daja, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Madura, Selasa (18/8). (Foto:apahabar/fauzi)

bakabar.com, PAMEKASAN - Baru-baru ini kisah seorang ayah yang ingin membahagiakan anaknya bikin terharu. Sang ayah berusaha mewujudkan impian sang anak dengan penuh perjuangan.

Cerita itu bermula dari keikutsertaan si anak untuk memeriahkan momen agustusan. Begitu kata Haryanto (36), seorang ayah asal Dusun Tengah Dejeh, Desa Tagangser Daja, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur.

Anak Haryanto tampak sumringah memakai kostum garuda buatan ayahnya, Selasa (18/8). (Foto:apahabar/fauzi)
Anak Haryanto tampak sumringah memakai kostum garuda buatan ayahnya, Selasa (18/8). (Foto:apahabar/fauzi)

Awalnya anak Haryanto berkeinginan untuk mengikuti karnaval di desanya. Untuk ikut serta, para orang tua diberi kesempatan untuk membeli atau menyewa kostum yang dibutuhkan. Diketahui harganya bervariasi, antara Rp700 ribu hingga Rp2 juta.

Begitu mengetahui harga kostum yang mahal, ayah dari tiga orang anak itu berniat mengurungkan niatnya ikut di acara karnaval. Alasannya karena ia memiliki keterbatasan ekonomi.

Baca Juga: ISPA dan Diare di Pamekasan Masih Tinggi, Masyarakat Diimbau Waspada

Namun kala itu anaknya terus merengek, ia pun tidak tega. Ia kemudian berinisiatif membuat kerajinan tangan.

"Untuk sewa itu kan butuh biaya banyak, sementara ekonomi kami juga begini, sedikit," ujarnya kepada bakabar.com, Selasa (22/8) sore.

Haryanto kemudian mendesain sebuah kostum yang berasal dari sak semen bekas. Bahan tersebut ia kreasikan sedemikian rupa hingga menjadi kostum yang menarik, lengkap dengan sayap berbentuk lambang garuda.

"Bahan utamanya dari karung semen. Kemudian ada pohon pisang kering, sabut kelapa, kulit jagung, dan sepatu bekas. Belajar membuatnya dari internet," katanya.

Baca Juga: Petani Pamekasan Olah Kotoran Sapi jadi 2,5 Ton Pupuk Organik Kompos

Sementara ini, Haryanto mengaku belum mempunyai rencana untuk memperjualbelikan hasil karyanya secara luas. Alasannya, pembuatan kerajinan secara serius membutuhkan banyak biaya. Terlebih apabila diproduksi secara massal.

"Disewakan mungkin iya. Untuk keinginan sebenarnya ada, cuma belum ada modal untuk membuat dalam jumlah yang banyak," tutup pria yang kesehariannya bekerja sebagai tukang lisplang pilar.

Editor
Komentar
Banner
Banner