penyakit jantung bawaan

Cegah Penyakit Jantung Bawaan pada Anak, IDAI Minta Orang Tua Lebih Peduli

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan risiko dan bahaya penyakit jantung bawaan terhadap anak.

Featured-Image
Ilustrasi Bayi Mengalami Penyakit Jantung Bawaan. Foto: iStockPhoto

bakabar.com, JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan risiko dan bahaya penyakit jantung bawaan terhadap anak.

Penyakit jantung pada anak kerap terlupakan oleh para orang tua. Padahal tingkat risikonya sebesar 18% bayi terlahir dengan kelainan penyakit jantung bawaan (PJB).

Dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia yang diperingati pada 29 September. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) turut hadir memberikan penyuluhan pentingnya kesehatan jantung pada anak, serta risiko yang kerap menghantuinya.

Media Briefing Seminar Media bertajuk Menjaga Kesehatan Jantung Anak (foto kiri ke kanan: Dr Rizky Ardiansyah, M.Ked (Ped), SpA(K) (Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi IDAI), tengah Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) (Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dan dr. Tartila,Sp.A(K). Foto: apahabar/fikma
Media Briefing Seminar Media bertajuk Menjaga Kesehatan Jantung Anak (foto kiri ke kanan: Dr Rizky Ardiansyah, M.Ked (Ped), SpA(K) (Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi IDAI), tengah Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) (Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dan dr. Tartila,Sp.A(K). Foto: apahabar/fikma

Menurut catatan IDAI, sebanyak 50 ribu bayi lahir dengan PJB tiap tahunnya, dan sekitar 12 ribu bayi lahir dengan PJB kritis.

"Angka kelahiran bayi dengan penyakit jantung bawaan ini masih lebih tinggi dibandingkan penyakit lainnya," ungkap dr. Rizky Ardiansyah, M.Ked (Ped), Sp.A (K), Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, pada Media Briefing di Kantor IDAI, Selasa (26/9).

Baca Juga: Jantung masih Jadi Penyebab Kematian Tertinggi, YJI Ajak Publik 'Menari'

Dalam pemaparannya, dr. Rizky menjelaskan bahwa penyakit ini tidak selalu dapat dicegah, namun dapat melakukan penurunan faktor risikonya.

"Setiap melakukan konsultasi ke dokter kandungan selalu sampaikan pada dokter kandungannya tentang apa yang dirasa, untuk mencegah terjadinya risiko," kata dr. Rizky.

Hindari Kontak terhadap Virus

Selain itu menghindari kontak dengan penderita infeksi virus seperti rubella dan flu. Terlebih jika sang ibu belum mendapatkan imunisasi rubella maka berisiko lebih tinggi menurunkan hal tersebut pada anak mereka, dan menyebabkan kelainan jantung pada janin.

"Saat ini sudah ada imunisasi rubella untuk para ibu, di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya," tutur dr. Rizky.

Asap Rokok Berisiko Tinggi pada Kesehatan Janin

Seorang ibu hamil yang kerap terpapar asap rokok dari lingkungannya. Asap rokok yang terhirup memiliki risiko terhadap sang janin. Salah satunya meningkatkan risiko kelainan jantung.

"Kalau bisa saat sedang hamil, jauhi perokok dan asapnya, untuk menyehatkan sang bayi," katanya.

Baca Juga: Lakukan Tiga Jenis Olahraga Berikut untuk Jaga Kesehatan Jantung

Mengonsumsi Obat Sembarang Tanpa Resep Dokter

Meminum obat herbal yang tidak diketahui asal usulnya, atau obat yang dibeli dari warung tanpa melalui resep dokter memiliki risiko peningkatan terhadap kesehatan pada bayi.

Dr. Risky juga memaparkan bahwa pada obat tertentu seperti obat kejang, dapat menyebabkan jantung janin mengalami gangguan perkembangan, dan menjadi penyebab jantung koroner.

Beberapa gejala pada bayi baru lahir juga dapat dideteksi sedari dini, guna meminimalisir risiko lebih berat kedepannya.

Seperti bayi terlihat biru (sianosis) yang dapat terlihat pada kulit, jati-jari, hingga bagian mulut seperti gusi. Suara detak jantung, hingga saturasi oksigen yang abnormal juga menandakan bahwa sang bayi mengalami indikasi penyakit jantung.

Sebagian besar kasus PJB dapat diobati, namun tergantung jenisnya. Intervensi pada bayi dapat dilakukan dengan non bedah maupun bedah, juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi gejala dan tanda klinis tersebut.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah, Sp.A (K), juga menyarankan para calon orang tua lebih aware dan peduli terhadap penyakit ini.

"Dengan melakukan deteksi dini, dapat mengurangi risiko terjadi, dan menjadikan anak lebih sehat," tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner