bakabar.com, JAKARTA – Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, membeberkan cara mencegah penularan Covid-19 di dalam ruangan yang disebut dapat menyebar hingga sembilan meter.
Ia menjelaskan orang bersin atau batuk di dalam ruangan yang disertai virus dapat terbawa angin dan udara hingga 9 meter. Salah satu cara pencegahannya dikatakan desinfeksi udara menggunakan Ultraviolet C (UV-C).
“Sebetulnya penggunaan ultraviolet bukan hal baru, penggunaan UV sebagai satu desinfeksi menjadi salah satu cara untuk membunuh atau menonaktifkan virus,” ujar Dicky dalam webinar Desinfeksi Udara dalam Ruang dengan UV-C, Kamis (5/8).
Dicky mengatakan teknologi desinfeksi udara menggunakan UV-C sudah ada risetnya sejak awal 1930. Ia menyebut cara ini dapat menjanjikan untuk pencegahan virus, salah satunya SARS-CoV-2, penyebab pandemi Covid-19.
Dicky juga menyebut teknologi UV-C dapat digunakan sebagai senjata tambahan di dalam ruangan. Namun demikian ia tidak menampik perlu riset tambahan agar teknologi itu dapat digunakan dalam skala besar, agar lebih praktis dan juga murah.
Walau menjanjikan, desinfeksi udara menggunakan teknologi UV-C tidak 100 persen pasti menanggulangi pandemi Covid-19. Ia menilai penerapan 5M, 3T, dan vaksinasi tidak boleh abai diterapkan.
“Ini menjadi salah satu strategi untuk meminimalisir karena berdasarkan riset bisa menonaktifkan virus Covid-19. Tapi 5M, 3T dan vaksinasi tidak boleh abai,” ujarnya, kutip CNNIndonesia.com.
Dicky mengutip riset yang dilakukan di China dan Korea dengan hasil banyak orang terpapar virus corona lewat udara, dan terjadi di tempat umum seperti di transportasi umum, perkantoran, mal, restoran, dan rumah sakit.
Praktisi pengelola gedung dan bangunan Dedy L Rashid yang juga hadir dalam webminar mengatakan saat ini sudah saatnya memperbaiki sistem udara di dalam gedung.
Ia menjelaskan umumnya udara yang masuk ke ruangan sesuai standar yang ditentukan, tetapi ia menilai masih belum memenuhi syarat pelarutan jika ada virus yang masuk ke dalam ruangan.
“Kita harus berusaha memperbaiki sistem udara di dalam gedung. Udara yang masuk ke ruangan umumnya sesuai dengan standar tapi masih belum memenuhi untuk melarutkan kalau ada virus masuk ke dalam,” ujar Dedy.
Lebih lanjut Dedy menganjurkan menambahkan aliran udara bersih hingga dua kali lipat dan juga mengganti filter udara, yang memiliki efisiensi tinggi.
Ia juga menyarankan mempersiapkan perangkat yang dapat menjadi pembersih udara, jika menambah ventilasi udara dinilai membutuhkan biaya yang relatif besar.
Ia juga menilai penggunaan desinfeksi udara seperti teknologi UV-C di area gedung dapat digunakan untuk menonaktifkan virus, selama dipasang dengan kaidah keamanan dan keselamatan yang sesuai.
“Jadi sirkulasinya sesuai sehingga pekerja dan para tamu [gedung] merasa nyaman di bawah alat tersebut, dan udara dapat menjadi bersih,” tuturnya.
Apabila menambah volume udara bersih ke dalam sistem ventilasi gedung dinilai dapat memakan biaya dan menambah energi, kata Dedy, ada alternatif lain yakni dengan menggunakan mesin pembersih udara.
“Kalau kita menambah udara bersih ke dalam sistem yang ada, mungkin biayanya lebih besar dan menambah energi. Apabila tidak bisa dilakukan maka bisa dilakukan dengan altrnatif yaitu menggunakan mesin pembersih udara,” tutup Dedy.