Budidaya Udang Berbasis Kawasan

BUBK Kebumen, KKP: Gunakan Teknologi Intensif Ramah Lingkungan

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP TB Haeru Rahayu menjelaskan kegiatan budidaya di Kebumen menggunakan teknologi intensif ramah lingkungan.

Featured-Image
Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) Kebumen, Jawa Tengah. Foto: Kementerian Kelautan dan Perikanan

bakabar.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) TB Haeru Rahayu menjelaskan kegiatan budidaya di Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) Kebumen menggunakan teknologi intensif ramah lingkungan. Selain itu, produktivitasnya mencapai 40 ton per hektare per siklus.

Tambak dengan teknologi intensif memiliki ciri di antaranya padat tebar tinggi, memiliki sistem pengairan yang baik menggunakan perangkat seperti kincir dan blower, hingga susunan petak tambak dibangun teratur menggunakan terpal berkualitas tinggi.

"Konsep budidaya yang sedang kami kembangkan, sesuai arahan Bapak Menteri Sakti Wahyu Trenggono, yaitu budidaya yang berkelanjutan," kata Tebe, sapaan akrab TB Haeru, di BUBK Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (25/6).

BUBK Kebumen merupakan tambak udang modern terbesar di Indonesia dengan luas lahan potensial mencapai 100 hektare. Angka produktivitas dari BUBK ini sangat jauh dari rata-rata produktivitas tambak udang tradisional di kisaran 0,6 ton per hektare.

Baca Juga: Perikanan Budi Daya, KKP: Tantangannya Penyediaan Benih Berkualitas

Ia menjelaskan, BUBK Kebumen menjadi percontohan tambak udang modern berbasis kawasan yang mengedepankan keseimbangan ekologi. Saat ini terdapat 149 petak tambak dengan ukuran 1.600 m2 per petak.

Tambak modern ini dilengkapi sejumlah infrastruktur utama di antaranya water intake, tandon, petak pemeliharaan, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), laboratorium uji kualitas air dan kesehatan ikan, gedung kantor, gudang pakan, gudang sarana produksi, mess operator, hingga bangunan pasca panen.

Fasilitas intake, outlet, tandon, hingga IPAL untuk memastikan kualitas air yang diambil dari laut dan yang dikeluarkan lagi ke laut tetap baik.

"Di IPAL misalnya ada berbagai perlakuan, mulai dari pengendapan, oksigenisasi supaya kembali normal, PH-nya normal, dan secara fisika juga kembali normal sehingga pada saat dilepas sama seperti sedia kala dan tidak merusak lingkungan," ungkapnya.

Baca Juga: Aksi Mitigasi, KKP Pastikan Perlindungan Ekosistem Karbon Biru

Selain penggunaan teknologi modern yang ramah lingkungan, lanjut Tebe, kegiatan budidaya di BUBK Kebumen menerapkan prinsip cara budidaya ikan yang baik (CBIB). Benih yang ditebar merupakan benih unggul hasil produksi Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKP, begitu pula dengan pakannya.

Penggunaan obat dan vitamin untuk meningkatkan kesehatan udang pun sesuai dengan rekomendasi regulasi yang berlaku. Di samping itu, seluruh pekerja di lapangan menggunakan pakaian dan peralatan pendukung sesuai prosedur dan tidak memperkerjakan anak di bawah umur.

Dirinya berharap, keberhasilan BUBK Kebumen menjadi pemicu geliat budidaya udang modern yang ramah lingkungan di Indonesia. Kegiatan budidaya di BUBK Kebumen dapat diduplikasi oleh pelaku usaha budidaya maupun pemerintah daerah.

Baca Juga: Hujan Turun, Pencari Udang di Situ Cipondoh Tangerang Banjir Rezeki

Penanggung Jawab (PJ) Operasional BUBK Kebumen I Gede Budha Aduana Yasa menambahkan, kegiatan budidaya sudah berlangsung hampir 120 hari. Dalam prosesnya, telah dilakukan dua kali panen parsial pada hari ke-80 dan hari ke-100 dengan produktivitas masing-masing 14,5 ton dan 20 ton.

"Untuk panen raya besok yang akan dihadiri Bapak Wakil Presiden, ada 58 petak tambak yang akan dipanen total," ucap I Gede.

BUBK Kebumen diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 9 Maret 2023. Pembangunan BUBK Kebumen merupakan hasil kolaborasi KKP bersama pemerintah daerah sebagai pemilik lahan.

Editor
Komentar
Banner
Banner