bakabar.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) melihat aksi boikot produk pro-Israel di penjuru Nusantara tak ubahnya teguran keras bagi Israel dan sekutunya.
Researcher INDEF, Ahmad Heri Firdaus mengungkap adanya aksi tersebut dapat menjadi tantangan sekaligus momentum bagi dunia usaha di Indonesia.
"Justru ini sebagai peluang. Yang ditunggu adalah kolektiftas kita untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional," katanya kepada bakabar.com, Rabu (6/12).
Adanya aksi boikot tersebut produk nasional atau domestik yang tidak terafiliasi dengan luar negeri dalam hal ini Israel atau sekutunya memiliki peluang untuk meningkatkan kontribusinya.
Baca Juga: Inggris Geber Israel Biar Patuhi Hukum Internasional, Lip Service?
Jika boikot ini ditindak secara masif dan serius berpotensi membuat produk tersebut menjadi tidak laku. Artinya persepsi masyarakat dapat dipengaruhi. Dalam hal ini memilih. Dan memilih produk yang akan dikonsumsinya.
"Kalau dilihat peluang ini peluang. Inikan kesempatan untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Karena produk yang diboikot akan mengalami shock atau guncangan, katakanlah lah gak laku," jelas dia.
Baca Juga: Mahfud MD Kutuk Serangan Israel ke Rumah Sakit di Gaza
Kondisi seperti ini menimbulkan pergeseran yang mana harus dimanfaatkan. Dalam hal ini dilarikan ke produk-produk domestik yang sejenis.
Namun, lanjut dia jika aksi boikot ini tidak ditindak secara serius justru akan menjadi blunder. Yang mana dapat merugikan Indonesia sendiri.
Pasalnya, produk-produk pro-Israel yang ada di Indonesia pasti banyak yang menggunakan lokal content. Artinya, mayoritas sumber daya hingga bahan baku pasti diperoleh dari lokal.
Baca Juga: Tiga Direksi Unilever Mundur, Buntut Boikot Produk Pro Israel?
"Ada pekerja kita yang di sana, semua bahan baku, tenaga kerja itu orang Indonesia kalo kita boikot kita juga yang kena (rugi)," terang dia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, sekali lagi dia meminta agar dunia usaha bisa berperan. Dalam hal ini pebisnis lokal harus all out mengambil alih atau melakukan ekspansi. Serta melakukan investasi, bukan lagi kerja sama.
Katakanlah brand yang diboikot memiliki kompetitor produk sejenis yang berasal dari lokal. Cara memaksimalkannya dengan memberikan kesempatan pada mereka. Yakni untuk lebih meningkatkan produksi dalam negeri.
"Supaya tidak rugi ya ambil alih dengan cara perusahaan lokal melakukan ekspansi jadi keseimbangan ekonomi," pungkas dia.