bakabar.com, JAKARTA - Sedikitnya 53 gempa susulan terjadi setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,4 mengguncang Bantul, DI Yogyakarta, Jumat (30/6) malam.
Data tersebut dicatatkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Minggu (2/7).
"Gempa susulan terbesar yang tercatat dengan magnitudo 4,2 dan terkecil 2,7 hingga pukul 07.00 WIB," papar Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, seperti dilansir Antara.
Episenter gempa yang terjadi di Samudera Hindia itu menjadi sebuah pengingat, tentang keberadaan zona subduksi aktif di selatan Pulau Jawa.
"Zona subduksi aktif itu tidak hanya dapat menimbulkan gempa bumi, tetapi juga tsunami," imbuh Daryono.
Catatan sejarah tsunami di selatan Pulau Jawa telah terjadi sebanyak delapan kali. Rinciannya dimulai 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994 di Banyuwangi dan 2006 di Pangandaran.
"Itu merupakan catatan penting, terkait potensi dan bahaya gempa serta tsunami di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa secara umum," imbuh Daryono.
Sebelumnya Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan guncangan gempa susulan usai gempa bermagnitudo 6 di Yogyakarta, tidak dirasakan manusia.
"Getaran gempa susulan tersebut tidak terasa sama sekali oleh manusia. Hanya alat yang mencatat," tukas Dwikorita.
"Namun demikian, kami meminta masyarakat agar menghindari bangunan yang mengalami kerusakan struktur pascagempa," pungkasnya.
Sementara berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta, gempa berkekuatan M 6,4 tersebut menyebabkan 1 korban meninggal dan ratusan rumah rusak.
Total terdata 172 unit rumah mengalami kerusakan, dengan rincian 164 rumah rusak ringan dan sisanya dalam level sedang.
Kemudian bangunan lain seperti fasilitas perkantoran berjumlah 12 unit, 5 tempat ibadah, 6 fasilitas umum, 4 sekolah, dan 2 unit kandang ternak.