bakabar.com, JAKARTA - Di tengah tutupnya beberapa toko buku besar, beberapa pegiat literasi justru mendirikan sebuah toko buku fisik di kawasan Blok S, Jakarta Selatan.
Mereka di antaranya, Hikmat Darmawan, Brilliant Yotenega, Kenyasentana, dan Steve Wirawan sepakat mendirikan Blooks, singkatan dari Blok S & Books. Blooks merupakan toko buku independen, terkurasi yang juga menyediakan ragam merch dan artworks.
Founder Blooks Brilliant Yotenega tetap optimistis meskipun beberapa toko buku telah tumbang dan maraknya e-book di era digitalisasi sekarang ini. Ia meyakini, pasar buku tetap ada. Segmennya sangat spesifik, yakni menyasar para komunitas pegiat literasi yang gemar mengoleksi buku.
Di satu sisi, para founder Blooks merupakan sekelompok social entrepreneur yang menjalankan usaha atau bisnisnya demi kepentingan sosial atau masyarakat.
Baca Juga: Alami Kerugian Besar Alasan Toko Buku Gunung Agung Tutup Outlet
"Blooks didirikan tidak untuk kepentingan komersial semata. Namun, visi utama yaitu meningkatkan minat baca kalangan anak-anak muda," ujar salah satu founder Blooks Brilliant Yotenega, saat ditemui bakabar.com, di toko buku Blooks, Sabtu (15/7).
Ia mengungkapkan, Blooks hadir sebagai hadiah bagi para pecinta buku yang ingin mendapatkan bacaan berkualitas. Pemilihan lokasinya pun, di Blok S kawasan Senopati, karena kawasan tersebut merupakan salah satu tempat favorit nongkrongnya anak muda ibu kota.
“Untuk itu Blooks memberikan akses bacaan bagus dan berkualitas untuk anak-anak muda," jelasnya.
Koleksi buku Blooks, ujar Brilliant, sangat beragam dengan cakupan yang luas. Berjenis-jenis buku tersedia di toko ini, mulai dari buku fiksi, puisi, esai, sosial-budaya, seni, sampai koleksi novel grafis yang menarik. Blooks juga menawarkan ragam buku anak untuk mendukung pengayaan literasi sejak dini.
Baca Juga: Jejak Denny Indrayana: Menulis Buku hingga Cuitan Pemilu
"Sudut buku anak di Blooks salah satu upaya untuk menanamkan cinta baca pada anak-anak. Kami menghadirkan koleksi buku-buku anak yang lebih beragam”, terangnya.
Selain itu, ungkap Brilliant, di toko buku miliknya kerap digelar diskusi dengan beragam tema yang lekat dengan dunianya kaum milenial, seperti diskusi soal musik, sosial dan hal-hal lainnya. Harapannya, hal itu bisa menarik minat mereka untuk membaca sekaligus mengunjungi Blooks.
"Kita juga merangkul komunitas-komunitas literasi dan menggelar diskusi rutin yang kita sebar lewat medsos. Itu juga strategi kami untuk menarik pengunjung," ujarnya.
Salah seorang pengunjung Blooks bernama Harmein (35), mengaku mengunjungi tempat itu karena banyak buku menarik yang sesuai dengan minatnya, yakni fotografi. Di sisi lain, ia merasa nyaman dengan desain minimalis toko buku tersebut.
Baca Juga: Tampil Memukau, Karya Perancang Indonesia di Festival Industri Kreatif Rusia
"Ini enak juga buat nongkrong tempatnya. Tempatnya nyaman, banyak cafe juga di sekitar sini. Karyawannya juga mengerti soal literasi, jadi nggak sekedar melayani saja, tapi juga bisa memberi masukan soal pilihan buku," paparnya.
Toko buku tersebut tidak luas, hanya 4x5 meter. Dengan tempat seluas itu, Blooks juga menjadikannya sebagai hub untuk bidang kreatif. Sehingga ruang tersebut bisa dijadikan sebagai ruang bertukar ide dan gagasan dari anggota komunitas dan para pegiat literasi.
“Toko buku ini kami konsep minimalis dan tempat bertukar ide, sehingga pengunjung bisa merasa nyaman dan bahagia,” tutup Brilliant.