bakabar.com, BANJARMASIN – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalimantan Selatan (Kalsel) Amanlison mengungkapkan ada tiga tantangan ekonomi Banua di tengah upaya pemulihan selama diterpa pandemi Covid-19.
“Pertama risiko Covid-19 masih perlu terus diwaspadai karena dapat menahan perbaikan perekonomian,” kata Amanlison dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Kalsel, di Hotel Mercure, Banjarmasin, Rabu (24/11) siang.
Selain tantangan itu, Kalsel juga dihadapkan dengan struktural global warming yang akan membawa perubahan kebijakan energi dunia ke arah energi yang lebih ramah lingkungan.
Kalsel masih bergantung pada memanfaatkan batubara untuk energi listrik jadi tantangan agar ekonomi banua bisa tetap tumbuh.
Kalsel diharapkan mulai mengeser sumber energi ke energi yang ramah lingkungan.
Tantangan ekonomi Banua yang terakhir adalah kendala kapasitas Usah Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang masih rendah.
Sebagai tulang punggung ekonomi inklusif, UMKM memiliki daya tahan yang rendah terhadap pandemi akibat berbagai keterbatasan. Di antaranya skala usaha, akses digital dan alternatif pembiayaan.
Dalam jangka panjang, kunci utama untuk pengembangan perekonomian Banua adalah reformasi struktural dan transformasi industri untuk memperbaiki profil ekspor.
Yakni dari sektor primer yang ekstraktif ke sektor sekunder yang berbasis industri manufaktur, dan gasifikasi batu bara sebagai energi alternatif masa depan.
Dengan begitu Amanlison menegaskan diperlukan sinergi antara seluruh stakeholder untuk membangkitkan optimisme dan berinovasi dalam mempercepat pemulihan ekonomi melalui lima strategi penguatan.
“Pertama percepatan hilirisasi batu bara. Dua mendorong pengembangan industri hilir sawit melalui pola kemitraan. Ke tiga percepatan hilirisasi karet. Empat, digitalisasi sistem pembayaran untuk integrasi ekonomi dan keuangan, dan lima, mendorong percepatan pemulihan ekonomi melalui penguatan pelaku usaha UMKM,” jelas Amanlison.
Sementara Gubernur BI Perry Warjiyo dalam kesempatan yang sama, di Jakarta juga menyebutkan lima permasalahan global yang kini muncul saat kasus Covid-19 mulai melandai dan mengancam ekonomi Indonesia.
Yakni mulai dari normalisasi kebijakan di negara maju hingga melebarnya kesenjangan. “Ada normalisasi di negara maju dan ketidakpastian global,” ungkapnya.
Negara maju yang cukup mengancam adalah Amerika Serikat (AS) yang sudah mulai melakukan pengurangan likuiditas atau sering disebut tapering. Selain AS, ada juga beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Prancis.
Permasalahan lainnya adalah luka memar pada korporasi dan stabilitas sistem keuangan. Diketahui banyak korporasi yang sulit pulih meskipun kasus covid melandai dan mobilitas mulai meningkat.
“Selanjutnya meluasnya digitalisasi, munculnya sistem pembayaran digital dan risiko aset kripto,” jelasnya.
BI juga melihat permasalahan dari tuntutan negara maju agar seluruh negara dunia mulai menerapkan ekonomi hijau, seiring dengan semakin panasnya bumi. Terakhir adalah adanya pelebaran kesenjangan.