Tantangan Kedaulan Pangan

Belenggu Penyediaan Pangan, Kebijakan Pertanian Perlu Direformasi

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengunkapkan pemerintah perlu melakukan reformasi kebijakan pertanian. Langkah tersebut perlu dilakuk

Featured-Image
Ilustrasi petani sedang menanam di sawah. Foto: Antara

bakabar.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengunkapkan pemerintah perlu melakukan reformasi kebijakan pertanian. Langkah tersebut perlu dilakukan guna merespons masalah penyediaan pangan terutama kebutuhan pokok di dalam negeri.

Permasalahan penyediaan bahan pokok yang dihadapi Indonesia terjadi seiring dengan tidak berkembangnya Indeks Ketahanan Pangan Global (Global Food Security Index/GFSI) dalam lima tahun terakhir.

“Maka dari itu, Indonesia ke depan harus mereformasi kebijakan pertanian,” kata ekonom senior INDEF, Fadhil Hasan seperti dilansir Antara, Rabu (6/12).

Baca Juga: Pemilu 2024 Diprediksi Picu Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Skor GFSI pada 2018 tercatatbeberapa komponen dari indeks ketahanan pangan yang diterbitkan oleh Economist Impact tersebut, antara lain masalah keterjangkauan (affordability), ketersediaan (availability), kualitas (quality), keamanan (safety), keberlanjutan (sustainability), dan adaptasi (adaptation).

Dari seluruh komponen, masalah utama yang dihadapi ketahanan pangan Indonesia yakni ketersediaan, sedangkan untuk keterjangkauan justru lebih baik dari komponen yang lain.

"Jadi kalau misalnya menyangkut ketersediaan pangan, maka di masyarakat ada permasalahan dengan produksi bahan pangan tersebut," katanya.

Baca Juga: Apindo: UMKM Bakal Kecipratan Perputaran Uang Selama Pemilu

Dia berpendapat, terdapat dua kemungkinan penyebab kurangnya produksi pangan di Indonesia, yakni produktivitas yang rendah serta keterbatasan ekspansi areal pertanian.

Oleh karenanya, kata dia, salah satu agenda Indonesia ke depan di sektor pertanian yang perlu dilakukan pemerintah yakni perluasan areal pertanian. Pasalnya, areal pertanian kini sangat terbatas akibat dari konversi lahan.

Selain itu untuk meningkatkan produktivitas yang rendah di sektor pertanian, peranan lembaga riset dan pengembangan menjadi penting.

"Sementara kita lihat akhir-akhir ini kelembagaan riset dan pengembangan justru semakin menunjukkan sumbangan yang tidak signifikan lagi karena serba instan," jelasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner