bakabar.com, FRANKURT – Bank Sentral Eropa (ECB) Jumat (2/10) tadi mulai memperkenalkan mata uang euro versi digital yang akan dibagikan ke 19 negara Eropa.
Langkah itu diambil karena semakin banyak konsumen yang bertransaksi tanpa uang tunai dalam membeli barang.
ECB menyatakan, pihaknya harus siap meluncurkan uang digital untuk mengantisipasi perubahan dunia. Seperti dilansir dari AP, Sabtu (3/10), ECB mengeluarkan laporan komprehensif yang menguraikan alasan mengapa mereka mungkin perlu mengambil langkah tersebut. ECB juga mengatakan akan mengadakan konsultasi publik tentang gagasan tersebut dengan warga, akademisi dan bankir.
Dikatakan belum ada keputusan yang dibuat dan euro digital apa pun tujuannya untuk melengkapi uang tunai, bukan menggantikannya. Konsultasi publik akan dimulai 12 Oktober 2020.
“Euro adalah milik Eropa dan misi kami adalah menjadi penjaganya,” kata Christine Lagarde, Presiden ECB.
"Orang Eropa semakin beralih ke digital dalam cara mereka membelanjakan, menabung, dan berinvestasi. Peran kami adalah mengamankan kepercayaan pada uang. Ini berarti memastikan euro sesuai untuk era digital. Kami harus siap mengeluarkan euro digital, jika diperlukan,” katanya menambahkan.
Ia menjelaskan, Euro digital akan berbeda dari sistem pembayaran non-tunai saat ini yang dijalankan oleh sektor swasta karena akan menjadi uang bank sentral resmi yang dapat dipercaya, bebas risiko, dan kemungkinan lebih murah untuk digunakan.
Dikutip bakabar.com dari Republika, mata uang digital bank sentral juga dapat digunakan secara offline, misalnya, untuk mentransfer jumlah kecil antar individu menggunakan dompet digital di ponsel cerdas mereka dan koneksi bluetooth.
Penggunaan uang tunai diketahui menyusut di beberapa negara, dimulai dari Swedia, di mana sebagian besar cabang bank tidak lagi menangani transaksi dengan uang tunai. Sementara toko, restoran dan museum di Swedia hanya menerima kartu atau pembayaran seluler.
Selain itu, pandemi telah menyebabkan peningkatan cara pembayaran nontunai tanpa sentuhan di toko-toko. Uang tunai masih memiliki pengikutnya karena nyaman dan pribadi, dan ECB telah menjelaskan bahwa tidak mengusulkan penghapusan uang kertas dan koin.
Christine mengatakan, ECB tidak sendirian dalam mempelajari masalah tersebut. Bank Sentral China sudah menguji mata uang digital resmi, sementara bank sentral Swedia mengatakan telah memulai proyek percontohan.
Sementara itu, Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve mengambil pandangan jangka panjang. Lael Brainard, anggota dewan gubernur The Fed, mengatakan pada Agustus lalu bahwa The Fed perlu menanyakan bagaimana undang-undang AS akan berlaku.
Dia mengatakan belum ada keputusan yang dibuat, “karena kami meluangkan waktu dan upaya untuk memahami implikasi signifikan dari mata uang digital dan CBDC (mata uang digital bank sentral) di seluruh dunia,” katanya.
Satuan tugas ahli dari ECB dan 19 bank sentral nasional zona euro mencatat bahwa seiring dengan meningkatnya permintaan untuk pembayaran tanpa uang tunai, harus ada sistem digital bebas risiko di seluruh Eropa.
Mereka mengatakan potensi peluncuran mata uang digital swasta global dapat meningkatkan kekhawatiran regulasi dan menimbulkan risiko bagi stabilitas sistem keuangan.
Facebook tahun lalu mengusulkan peluncuran Libra, mata uang digital yang akan didukung oleh uang yang dikeluarkan pemerintah. Libra tidak akan dijalankan oleh Facebook, tetapi oleh asosiasi nirlaba yang berbasis di Swiss.
Bank sentral dan regulator telah menyuarakan keprihatinan tentang privasi, pencucian uang, dan perlindungan konsumen. Proyek mengalami kemunduran ketika perusahaan keuangan terkenal seperti MasterCard dan Visa keluar dari proyek.
Dasar teknisnya bisa disebut teknologi buku besar terdistribusi, cara terdesentralisasi untuk melacak pembayaran, atau infrastruktur pembayaran ECB yang ada. Sektor swasta kemudian akan mengembangkan cara agar mata uang tersebut digunakan dalam praktik oleh konsumen.