Hot Borneo

Banjir di Palangka Raya Meluas, Sebagian Warga Bantaran Sungai Terisolir

Banjir musiman akibat luapan Sungai Kahayan dan Rungan di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, semakin meluas dalam beberapa hari terakhir.

Featured-Image
Warga menggunakan kelotok untuk beraktivitas di tengah banjir yang mengelilingi Kelurahan Petuk Ketimpun. Foto: apahabar.com/Andre

bakabar.com, PALANGKA RAYA - Banjir musiman akibat luapan Sungai Kahayan dan Rungan di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, semakin meluas dalam beberapa hari terakhir.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palangka Raya, tercatat sudah 7 kelurahan dari 4 kecamatan yang terendam banjir musiman. Sedikitnya 114 rumah yang ditempati 121 kepala keluarga atau 472 jiwa terdampak.

Dimulai dari Kelurahan Marang, Petuk Ketimpun, Bukit Tunggal, Palangka, Pahandut, Bereng Bengkel, dan Kameloh Baru dengan ketinggian air bervariasi dari 30 hingga 50 sentimeter.

Akibatnya sebagian warga mulai terisolir banjir. Salah satunya warga Kelurahan Petuk Ketimpun di Kecamatan Jekan Raya.

Untuk beraktivitas sehari-hari, warga harus menggunakan perahu kelotok lantaran akses jalan menuju ke Palangka Raya sudah tidak bisa dilewati menggunakan kendaraan darat.

Lantas agar bisa bertahan di dalam rumah dan menyelamatkan barang-barang berharga, warga membuat pijakan dari kayu seadanya.

Selain rumah warga, fasilitas belajar seperti Sekolah Dasar Negeri 1 Petuk Ketimpun juga terendam. Situasi ini membuat sekolah sepi dari aktivitas belajar mengajar.

"Kedalaman air terus meningkat. Aktivitas warga benar-benar terkendala, karena hanya bisa menggunakan perahu," papar Hermanto, salah seorang warga Petuk Ketimpun, Jumat (10/2).

"Kami berharap Pemkot Palangka Raya mulai memberikan bantuan sembako dan layanan kesehatan, mengingat banyak warga yang mulai terisolir akibat banjir," 

Sementara banjir di Jalan Anoi, Kelurahan Palangka, juga belum menunjukan tanda-tanda penurunan. Justru debit air cenderung bertambah naik merendam ruas jalan utama.

Bahkan sejumlah siswa yang akan berangkat ke sekolah, terpaksa berjalan kaki lantaran ketinggian air sudah di atas lutut orang dewasa. Ironisnya kejadian serupa nyaris selalu ditemui setiap tahun.

"Ini merupakan jalan terdekat ke sekolah dengan jalan kaki. Kalau ingin jalan yang tidak banjir, mesti memutar dulu. Itu pun lebih jauh dan harus naik kendaraan," jelas Harna, siswa Madrasah Tsanawiyah Annur Palangka Raya.

Editor


Komentar
Banner
Banner