bakabar.com, BANJARBARU – Pada 1992, Iwan Fals menulis lagu “Coretan Dinding” yang memotret realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Lagu itu bertutur tentang keresahan masyarakat kecil yang menuangkan keresahan-keresahannya itu melalui coretan-coretan di pojok-pojok kota.
Hari ini di tengah pandemi, isu mural kembali ramai. Salah satu coretan dinding yang paling mencolok adalah “Wabah Sebenarnya adalah Kelaparan”. Mural yang mengandung sarkasme maupun satire tiba-tiba muncul di banyak tempat di Indonesia, tak terkecuali di kota Seribu Sungai, Banjarmasin.
Seperti diketahui, ada sebagian pihak yang nampaknya kebakaran jenggot dengan munculnya mural-mural tersebut. Apalagi kemunculannya terjadi di saat sektor ekonomi babak belur dihajar pandemi sampai isu penyalahgunaan bantuan sosial Covid-19.
Karena dinilai sensitif, pemerintah pun sibuk melakukan penertiban di banyak daerah yang kemudian berdampak pada stigma negatif terhadap karya seni bernama mural yang konon sudah ditemukan 30 ribu sebelum masehi di Prancis.
Untuk melawan pandangan yang kurang baik, Komunitas Semangat Muda dari Kalimantan Selatan bakal menggelar event Banjar Mural Festival 2021 dengan tema “Seni adalah Upaya”. Rencananya, event tersebut bakal digelar pada 12 hingga 17 Oktober 2021 di dua tempat sekaligus: Banjarbaru dan Banjarmasin.
Founder Semangat Muda, Putra Qomaluddin Atta Nurriqli, menyampaikan ada 19 pemural yang akan terlibat dalam kegiatan festival mural pertama di Kalsel itu.
“Insyaallah. Mudah-mudahan Semangat Muda bisa memberikan benang merah di sana,” ucapnya dalam konferensi pers yang digelar Sabtu (9/10).
Dia menyebut festival ini akan dibuka di Banjarbaru dan ditutup di Banjarmasin. Putra Qomaluddin memiliki harapan agar festival serupa dapat terus digelar secara berkelanjutan.
Sementara itu, Direktur Banjar Mural Festival 2021, Novyandi Saputra, menyampaikan event itu digelar agar membuat mural dapat dipandang sebagai aktivitas yang baik dan dapat diterima di tengah masyarakat.
“Kami melihat adanya stigma tidak bagus terhadap mural yang imbasnya ada semacam kehilangan kepercayaan positif suatu karya seni dalam konteks mural,” ujarnya.
Padahal, menurut dia, mural adalah seni melukis di dinding yang biasanya memiliki pesan, wacana, kritik, atau apapun, terhadap perkembangan atau kemajuan kebudayaan sebuah kota.
Oleh sebab itu, lanjut dia, Banjar Mural Festival 2021 merupakan jalan tengah agar mural dapat dilihat memiliki manfaat positif di tengah pandemi, termasuk dalam menghadapi banyak persoalan.
“Jadi kita berangkat dari konten-konten lokal. Kita ingin membiasakan membuat festival itu. Tidak semua orang bisa langsung terlibat, tapi melalui proses seleksi yang berbasis artistik konsepsi mural itu tadi. Kita ingin mengangkat kearifan lokal atau pandangan seniman mural terhadap Banjar hari ini sebagai sebuah wacana seni rupa,” jelas Novyandi.
Tujuan lain digelarnya event Banjar Mural Festival 2021, kata Novyandi, yakni agar ke depannya dapat muncul kebanggaan dari orang tua jika anaknya memiliki kemampuan membuat mural yang artistik, bahkan berdampak pada kebudayaan masyarakat.
Sejumlah lokasi di Banjarbaru dan Banjarmasin yang bakal menjadi lokasi pelaksanaan Banjar Mural Festival 2021 yakni Wadah Kawan, Siang Malam, Big Coffee, Mengoffee, Coffe Cub, 101 Cafe, Kopi Lunar, Summer, The Jumpa Square, dan Oettara Koffiee.
Dipilihnya sejumlah kafe merupakan bentuk kerja sama antara seniman muralis dengan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
“Kemudian ada dua titik besar. Di Banjarbaru ada Amanah Borneo Park, lalu di Banjarmasin di dinding Pelindo,” tutupnya.