bakabar.com, JAKARTA – Menteri Investasi Bahlil Lahadalia tidak menampik tahun 2023 sebagai tahun politik yang berpotensi menjadi momok seram bagi iklim investasi di dalam negeri.
Iklim investasi yang tidak menentu menjadikan banyak investor memilih untuk menahan modalnya. Mereka khawatir jika investasi yang disalurkan bakal berujung sia-sia.
“2023 adalah tahun politik dan pada periode tersebut biar pun sudah sumpah potong kucing, investor pasti ada perasaan wait and see,” ujarnya kepada wartawan di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Selasa (24/1).
Untuk itu, demi menjaga kepercayaan investor agar tetap berinvestasi di Indonesia, pemerintah mau tidak mau harus mampu menjaga stabilitas politik.
Baca Juga: Bahlil Tantang Investor Asing Terlibat di Proyek Hilirisasi Indonesia
Baca Juga: Bahlil Umumkan Realisasi Investasi 2022 Lebihi Target Rp1.200 Triliun
“Hampir semua pemimpin dunia itu bicara soal stabilitas, bahkan Michael Bloomberg bicara ekonomi global dan ekonomi nasional. Dia bicara tentang stabilitas, karena itu yang bisa menyelamatkan kita,” ungkapnya.
Selain itu, banyak negara di dunia, terutama yang masuk kategori negara berkembang, saling bersaing untuk memperebutkan investasi asing. Kebijakan demi kebijakan dikeluarkan untuk memperebutkan Foreign Direct Investment (FDI) dengan tujuan untuk melindungi diri dari ancaman resesi.
“Hampir semua negara berusaha agar uang global itu bisa masuk. Sehingga di satu sisi, kondisi global yang tidak bagus. Di sisi lain terjadi persaingan antar negara untuk menarik FDI, terutama bagi negara berkembang,” papar Bahlil.
Lebih jauh, Bahlil mengungkapkan bahwa ancaman resesi global (2023) seperti yang banyak diramalkan analis, kemungkinan besar akan terjadi. Hanya saja, tidak ada yang bisa memprediksi seberapa besar dampak yang ditimbulkannya. Untuk itu sebagai upaya penyelamatan diri, negara berkembang sangat membutuhkan FDI.
Baca Juga: Bahlil: Butuh USD 545,3 Miliar untuk Jadikan Indonesia Negara Maju
“Total realisasi investasi Indonesia 2022 mencapai 1200 trliun dan itu 53 persennya berasal dari FDI,” ungkap Bahlil.
Berdasarkan data tersebut, Bahlil optimis indonesia bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah situasi sulit akibat resesi global
“Berbagai laporan dari lembaga dunia, pertumbuhan Indonesia termasuk yang cukup bagus, sebesar4,8-5 persen. Artinya kita lebih punya sececah harapan dibandingkan negara lain,” tutupnya.