Pemkab Barito Kuala

Antisipasi Dampak El Nino, Petani di Batola Didorong Segera Tanam Kembali

Mengantisipasi dampak el nino, Pemkab Barito Kuala (Batola) mendorong petani untuk segera menanam padi kembali.

Featured-Image
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Batola, Rusmadi, melakukan penanaman perdana dalam program tanam kembali di Desa Jejangkit Pasar. Foto: Dokpim Batola

bakabar.com, MARABAHAN - Mengantisipasi dampak el nino, Pemkab Barito Kuala (Batola) mendorong petani untuk segera menanam padi kembali.

Kesempatan pertama tanam kembali dilakukan di Desa Jejangkit Pasar, Kecamatan Jejangkit, Kamis (21/9), sekaligus syukuran pascapanen.

Penanaman dilakukan Penjabat Bupati Batola yang diwakili Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Rusmadi, bersama Dandim 1005 Batola.

Kemudian Sekretaris Dinas Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan (DPKP) Kalimantan Selatan, serta Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Batola.

"Diawali di Jejangkit, selanjutnya gerakan tanam kembali padi unggul juga dilakukan di 16 kecamatan lain dalam periode September dan Oktober seluas 7.947 hektare," ungkap Rusmadi.

Khusus Jejangkit Pasar, ditanam varietas padi unggul seluas 400 hektare, ditambah varietas lokal seluas 147 hektare.

Adapun pendanaan program tersebut bersumber dari APBN, APBN Tugas Pembantuan (TP) Kalsel, APBD Kalsel dan Batola dengan total alokasi bantuan seluas 14.149 hektare.

"Penanaman kembali merupakan strategi dalam upaya pengendalian inflasi, penurunan kemiskinan ekstrem dan pencegahan stunting," tambah Rusmadi.

Selain di Jejangkit Pasar, program tersebut juga merambah desa-desa lain di Jejangkit seperti Jejangkit Barat, Sampurna, Cahaya Baru dan Jejangkit Muara.

"Ditambah 7.947 hektare, berarti luas tanam di Batola juga bertambah. Sebelumnya luas tanam di Batola mencapai 106.000 hektare," tambah Murniati, Kepala Distan TPH Batola.

"Itu sesuai tuntutan peningkatan produksi. Selain kebutuhan harian, juga menyiapkan stok pangan. Terlebih Kalsel telah ditetapkan sebagai salah satu dari enam provinsi penyangga pangan nasional," sambungnya.

Di sisi lain, penambahan luas tanam berpotensi menambah pendapatan petani. Faktanya harga gabah juga membaik, seiring peningkatan permintaan.

"Sekarang rata-rata per kaleng seharga Rp120 ribu per blek. Sementara sebelumnya berkisar antara Rp70 ribu sampai Rp90 ribu," pungkas Murniati.

Editor


Komentar
Banner
Banner