Tak Berkategori

AMPK-Walhi Kecam Tindakan Represif Aparat Saat Demo Tolak Pabrik Semen

apahabar.com, SAMARINDA – Aliansi Masyarakat Peduli Karst (AMPK) mengecam tindakan represif Satuan Polisi Pamong Praja (PP)…

Featured-Image
Kerusuhan pecah dalam aksi demonstrasi di kawasan dekat depan kantor Gubernuran Kaltim. Aksi yang awalnya berlangsung damai berubah menjadi kerusuhan. Massa aksi dan aparat keamanan dikabarkan terluka, bahkan beberapa di antaranya dilarikan ke rumah sakit, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur pada Senin (8/4/2019) siang.Foto-Tribun Kaltim

bakabar.com, SAMARINDA – Aliansi Masyarakat Peduli Karst (AMPK) mengecam tindakan represif Satuan Polisi Pamong Praja (PP) dan kepolisian saat mengamankan demonstrasi di depan Kegubernuran Kalimantan Timur, Jalan Gajah Mada, Samarinda, Senin (8/4).

Kemarin, demonstrasi menentang pembangunan pabrik semen di kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat berakhir ricuh. Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam aliansi dan aparat terluka usai terlibat bentrok fisik.

Selain luka, sejumlah mahasiswa pingsan, kemudian dilarikan menuju rumah sakit terdekat. Meminjam catatan AMPK tercatat ada 23 mahasiswa menjadi korban kekerasan aparat. Umumnya mereka mengalami memar di sekujur tubuh, sesak napas dan terkena gas air mata.

“Mereka terluka akibat terkena tendangan, pukulan kayu, lemparan batu maupun gas air mata dari aparat. Ada juga memar di kepala akibat diinjak aparat,” jelas M Akbar, Humas AMPK Kaltim dalam keterangan resminya, Selasa (9/4).

Demontrasi sendiri awalnya berjalan damai, mulai dari titik kumpul di Taman Samarendah hingga ke Kantor Gubernur Kaltim yang menjadi titik aksi. Bahkan peserta aksi sempat menjalankan ibadah Zuhur berjamaah sebelum melakukan orasi.

Setelah empat orator menyampaikan orasi, Wakil Gubernur (Wagub) Kaltim, Hadi Mulyadi langsung mendatangi massa aksi sekitar pukul 13.40 Wita.

Namun, apa yang terlontar dari mulut Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu dianggap sebagai janji belaka diduga agar bisa mengulur waktu menerbitkan izin terhadap pabrik semen tersebut.

Baca Juga:Didemo, Wagub Bakal Kaji Rencana Pabrik Semen Kaltim

Massa aksi pun tak mau berkompromi lagi. Sebab yang dimaksud oleh mereka ialah Wagub bisa menyatakan sikap terbuka secara lisan dan tertulis untuk mencabut izin tersebut.

15 menit kemudian, aparat justru mengambil tindakan sendiri dengan merebut mikrofon serta merusak mobil komando yang digunakan mahasiswa berorasi.

Akibatnya, demonstrasi terus berlanjut lantaran Pemprov Kaltim dianggap tidak memiliki sikap serius untuk menanggapi tututan mahasiswa.

Belum selesai menyampaikan orasi, gabungan aparat Satpol PP dan kepolisian bersenjata pentungan, membuka pintu pagar langsung memberikan tembakan peringatan dan lemparan gas air mata.

"Dari sebanyak 22 korban luka-luka akibat amukan dari aparat sekitar 8 korban di antaranya dirawat di Rumah Sakit. Tak hanya itu saja," ucap Akbar.

AMPK sangat menyayangkan sikap anarkis aparat yang tak hanya memburu mahasiswa, tetapi merusak kendaraan milik pedemo. Menurutnya tindakan ini sudah di luar prosedur pengamanan.

"Aparat juga merusak belasan kendaraan mahasiswa serta sound sistem yang kami digunakan," tuturnya.

Atas kejadian itu, WALHI Kaltim yang juga tergabung dalam AMPK juga mengutuk keras tindakan aparat yang begitu beringas. Menurut Direktur WALHI Kaltim, Yohana Tiko, penyerbuan terhadap mahasiswa itu bentuk tindakan yang berlebihan dari aparat.

"Kami mengecam tindakan yang berlebihan dari Satpol PP dan Kepolisian. Karena seharusnya mereka menjaga aksi bisa berjalan lancar," ucap Tiko kepada bakabar.com.

Walhi turut menyayangkan aksi yang bermula damai itu berujung timbulnya korban luka, terutama dari pihak mahasiswa. Sayangnya justru pihak keamanan justru bersikap acuh dan seperti membiarkan kondisi tersebut terjadi.

"Mereka seperti membiarkan kericuhan itu terjadi dan akhirnya banyak menimbulkan korban," bebernya.

Penolakan AMPK Kaltim terhadap pembangunan Pabrik Semen menurutnya sangat masuk akal. Mengingat rusaknya kawasan Karst akan mengurangi ruang air yang akhirnya justru membuat banyak bencana, salah satunya banjir.

"Dan ekosistem Karst itu adalah satu kesatuan. Jika sebagian dirusak, maka berimbas ke seluruh kawasan," papar Tiko.

Kemudian ia mencontohkan, terjadinya banjir besar di Sulawesi Selatan akibat dari rusaknya ekosistem karst. Maka menurutnya, seharusnya Pemprov Kaltim bisa berkaca dari persoalan tersebut.

Baca Juga:Klaim Gubernur Soal Pabrik Semen Tak Ganggu Karst Dinilai Sesat!

"Ekosistem karst itu mengatur air, ketika itu rusak akibat eksploitasi maka akan rusak juga fungsinya," katanya.

Dikonfirmasi soal ini, Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Ade Yaya membantah jika aparat bersikap brutal dalam pengamanan tersebut. “Apakah benar aparat brutal?” singkat Ade via pesan singkatnya. (*)

1. Armin Beni – GMKI Samarinda : Memar Belakang, Memar Tangan, Leher, Benjol Kepala,
2. Alkarya Maulana – GMNI Balikpapan
3. Nia Rahmatawati – PMII Samarinda : Sesak Nafas
4. Abdul Rahim – Permahi
5. Dedi dores – Permahi
6. M. Faridzul Rifqy – GMNI Samarinda : Memar di seujur tubuh, Kepala Benjol
7. Wahid Faturhan – IAIN Samarinda : bibir pecah dan gigi goyang akibat hantaman dari aparat
8. Evin – PMKRI Samarinda : Hidung Luka dan Bengkak
9. Adit – IAIN Samarinda
10. Diky Saputro – BEM UNU KALTIM : memar belakang
11. Hema -LSK- Gas air mata
12. Tina – Empeka- Gas air mata
13. Muh. Faizal Hafiz : betis bengkak terkena tendangan dan pinggang terkena pukulan kayu.
14. M Alfiannur (kepala bengkak)
15.Putra HMI cabang SMD : benjol di kepala akibat d pukul satpol pp.
16. Nanda Fajar – IAIN Samarinda : terkena gas air mata
17. M. Rifky Wahyudi – IAIN Samarinda : terkena gas air mata
18..muh.idam GMNI SAMARINDA :benjol di kepala
19. Iswanto BEM IKIP PGRI benjol di kepala kena lemparan batu daraparat
PP.
20. Edwin Senat Hukum Untag pukulan kayu memar punggung, tangan, pukulan kepala
21. Bejo Agus politani samarinda memar dikepala akibat di injak aparat
22. Riko S – GMKI Samarinda Memar tangan kanan dan paha akibat pukulan aparat
23. wahyu risaldi-bem fisip untag memar di bahu

Sumber: Aliansi Masyarakat Peduli Karst Kaltim

Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner