bakabar.com, KOTABARU - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotabaru secara resmi menutup tambang emas ilegal di bukit kura-kura, Desa Buluh Kuning, Sungai Durian, Kotabaru.
Penutupan buntut dari longsor yang memakan banyak korban pada Januari 2023 lalu.
Di mana tambang emas ilegal itu masuk dalam areal konsesi PT Pelsart Tambang Kencana (PTK).
Berdasarkan informasi dihimpun media ini, ternyata tidak sedikit warga yang terimbas akibat penutupan tambang emas ilegal tersebut.
Ketika tambang emas ilegal itu beroperasi, tidak sedikit warga yang bekerja sebagai tukang ojek.
Lantas apa aktivitas terkini warga di sekitar lokasi tambang emas ilegal?
Berdasarkan penelusuran bakabar.com, ternyata beberapa bulan terakhir ini telah dibentuk sejumlah kelompok mayoritas wanita atau emak-emak di Desa Buluh Kuning, Sungai Durian, lalu diberdayakan oleh PT PTK.
Sejumlah kelompok emak-emak itu pun sudah dipekerjakan untuk menyediakan konsumsi (katering) bagi puluhan pekerja perusahaan yang bergerak di bidang tambang emas tersebut.
Ketua kelompok katering, Ida mengaku dipekerjakan oleh PT PTK sejak 3 bulan terakhir.
"Tentu kami senang sekali bisa diberikan peluang usaha kateringan ini oleh perusahaan Pelsart," ucap Ida, Selasa (30/5) siang.
Sejak 3 bulan terakhir, ia bersama 6 orang rekannya diberikan kesempatan oleh perusahaan menyediakan konsumsi tiga kali sehari khusus untuk pekerja perusahaan yang berada di lapangan.
"Jadi jumlah konsumsi yang kami siapkan setiap harinya lebih dari 60 porsi nasi bungkus," kata Ida, warga asli Dayak tersebut.
Menurutnya, penyediaan konsumsi itu dibagi atau bergantian dengan beberapa kelompok lainnya di desa.
Sementara diberikan pekerjaan untuk katering tentu cukup membantu dan menambah penghasilannya sehari-hari di samping pekerjaan rutinnya sebagai petani.
"Kalau kami sudah selesai membuat konsumsi, kami masih bisa berkebun. Jadi kateringnya jalan, berkebunnya juga tetap jalan, ya bersyukur ada tambahan penghasilan dari katering ini," pungkas Ida.
Sementara, Staf CSR PT. PTK, Amirul menuturkan pihaknya telah memberdayakan warga lokal sebanyak sembilan kelompok untuk menyediakan konsumsi bagi pekerja di lapangan.
"Setelah ada longsor dan penertiban aktivitas ilegal di wilayah atas beberapa bulan lalu, istri-istri pekerja yang terdampak ini kami beri pekerjaan untuk menyiapkan konsumsi," tutur Amirul.
"Jadi, satu kelompok bisa menerima omzet sekitar Rp15 juta dalam satu pekan," tambahnya.
Amirul bilang, ke depannya perusahaan berencana akan menggabungkan para kelompok ibu-ibu penyedia konsumsi tersebut agar menjadi dalam satu wadah seperti koperasi misalnya.
Selain memberdayakan kelompok penyedia konsumsi, perusahaan juga memastikan telah membuka pekerjaan baru untuk meningkatkan kesejahteraan warga lingkungan tambang.
Salah satunya yakni diadakannya pendampingan pengembangan tanaman hidroponik bagi kelompok tani di Buluh Kuning.
"Kalau pendampingan demplot atau budidaya ragam sayuran dari kami ini juga sudah jalan beberapa bulan, dan beberapa sayurannya juga sudah berhasil dipanen," pungkasnya.