Intimidasi Terhadap Mahasiswa

Ada Intimidasi! Petisi Dukungan Buat Ketua BEM UI Mengalir

Alumni Universitas Indonesia lintas fakultas dan angkatan tandatangani petisi dukungan sebagai bentuk solidaritas kepada Ketua BEM UI.

Featured-Image
Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang di depan Gedung DPR RI (Foto: apahabar.com/Regent)

bakabar.com, DEPOK - Alumni Universitas Indonesia lintas fakultas dan angkatan tandatangani petisi dukungan sebagai bentuk solidaritas kepada Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Melki Sedek Huang. Dia diduga mendapatkan perlakukan intimidasi dari aparat.

Melki kerap mendapatkan intimidasi setelah menjabat sebagai Ketua BEM UI dan melakukan kegiatan keorganisasian. Intimidasi bahkan semakin gencar setelah dirinya bersuara kritis menyikapi keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membuka peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi Cawapres di Pilpres 2024. 

"Ini teman-teman (Alumni UI) aja, ada beberapa masih pengurus Iluni UI, tapi karena spontan saja kita lihat Melki, sering juga ngobrol ya mengalami perlakuan seperti itu, kita sebagai alumni merasa ini kok enggak bener dan harus disikapi," kata inisiator petisi Tomy Suryatama, Selasa (13/11).

Baca Juga: Ada Intimidasi, Ketua BEM UI Pulang Kampung ke Pontianak

Menurutnya hingga saat ini sudah terdapat 180 orang alumni UI yang menandatangani petisi dukungan untuk Melki. Pihaknya juga mengaku sudah membuat petisi di Change.org sejak kemarin siang. 

"Lumayan cepat ya respon dan ternyata banyak juga yang concern dengan kejadian ini," terang Tomy.

Bahkan jika melihat dari nama-nama yang menyertakan dukungan untuk Melki, juga ada timses dari 3 pasang calon presiden dan wakil presiden."Jadi ini lintas angkatan, lintas fakultas dan lintas kekuatan politik ya sebenarnya," terang Tomy.

Baca Juga: BEM UI Bilang Pemimpin Muda tapi Kebiasaan Tua: Nepotisme dan Kolusi!

Sebab, alumni UI tidak melihat itu sebagai persoalan terkait pemilu, tapi lebih kepada cara membungkam kebebasan berpendapat, terlebih Melki adalah Ketua BEM UI.

"Ketua organisasi resmi waktu dia menyatakan kritik terhadap putusan MK, kita tahu semua kritik terhadap itu banyak yang melakukan, dan akhirnya MKMK menyatakan itu melanggar etika, tapi kok kenapa mesti disikapi dengan cara-cara yang menurut saya tidak sesuai dengan negara demokrasi, kalau pun beda pendapat ya disikapi dengan beda pendapat saja," ujar Tomy.

Ditanyakan jika ada alumni UI lainnya yang bersebrangan dengan dukungan dan dugaan intimidasi terhadap Melki hoax, Tomy menegaskan pihaknya sudah konfirmasi ke Melki dan ia sendiri satu sekolah di SMA 1 Pontianak.

Baca Juga: BEM UI Merasa Diintimidasi Jelang Putusan MK

"Makanya kalau dia bilang ada eks guru SMA-nya, makanya kita coba cek-cek teman-teman di Pontianak, kita yakin itu kejadian, di antara teman-teman, kemudian kita share dan ternyata banyak yang concern terhadap itu," ungkapnya.

Ia menilai bentuk intimidasinya bukan suatu pelanggaran pidana, karena tidak ada kekerasan atau ancaman. Namun baginya tindakan seperti itu tidak lumrah dilakukan.

"Ketika ada aparat keamanan datang ke tempat kita, orang mungkin bilang, kan cuma nanya-nanya aja, kan cuma ngobrol-ngobrol aja, salahnya di mana, tapi kan itu bukan hal yang lumrah dilakukan, kalau Melki bukan ketua BEM atau tidak melakukan kritik," katanya.

Bahkan, kata dia, hal ini bukan juga harus dibandingkan dengan zaman orde baru yang orang melakukan kritik dan hilang misterius.

"Bukan itu, tapi ketika ada orang berbicara menyatakan pendapat dan kemudian disikapi dengan hal seperti itu menurut kita itu tidak benar, karena kritik, counter, cek dan segala macam aspirasi itu adalah suatu yang menyelamatkan kita dari kesalahan, ketika baru hal kecil sudah diiniin (digali informasinya), nanti orang diam semua, malah kita kecemplung semua," tegasnya.

"Kalau nanti ada alumni UI bilang baru gini baru gitu, bukan itu esensinya, bukan hanya soal Melki, soal yang lain-lain, ini soal kebebasan berpendapat," tambah Tomy.

Siapa Saja Kena

Kata dia BEM UI termasuk memiliki nama besar, nanti bagaimana jika universitas lain. Sekolah menengah atau anak-anak muda biasa bisa berbicara ketika organisasi yang punya reputasi dan nama besar pun diperlakukan seperti itu.

"Itu yang menjadi kekhawatiran kita, nanti semua orang tidak bisa berbicara," jelas Tomy.

Setelah menggulirkan petisi dukungan, lanjut Tomy, pihaknya akan menindaklanjuti dengan konferensi pers sekaligus penandatangan dukungan yang akan disiapkan di minggu ini.

"Kita pikirkan juga langkah-langkah ke depannya, kalau dengan Melki sih komunikasi sering jalan ya, nanti kita juga ketemu Melki untuk melihat perkembangannya, karena banyak sudah yang menyatakan keprihatinan soal ini. Kita ingin mengetahui setelah Melki ke Pontianak apakah masih ada tekanan yang lain," kata alumni fakultas teknik UI Angkatan 1989.

Pihaknya juga ingin mengetahui ada tindakan yang lain, ia berharap agar hal ini bisa segera selesai dan tidak dilanjutkan.

"Karena apapun perbedaan bisa diselesaikan dengan cara berdiskusi, berdialog, berdebat, berargumentasi," ucap Tomy.

Editor
Komentar
Banner
Banner