bakabar.com, JAKARTA – Tujuh puluh tujuh tahun silam, sekira pukul 20.00 WIB, Tentara Indonesia meledakkan dinamit di Gedung Indische Restaurant. Tak berselang lama, si jago merah turut melahap deretan gedung dan rumah warga.
Pembumihangusan Tanah Pasundan sebagai buntut atas ancaman Belanda, yang datang kembali ke Indonesia pada 12 Oktober 1945. Berlindung di balik nama NICA, mereka berdalih kedatangannya itu hanya untuk membebaskan serdadu Sekutu dari tahanan Jepang.
Lain di mulut, lain di hati. Belanda rupanya berniat menguasai Indonesia lagi. Mereka bahkan memperingatkan pribumi untuk meletakkan senjata, lantas menyerahkannya kepada Sekutu.
Alih-alih gentar mendengar ultimatum tersebut, pihak Indonesia justru melakukan penyerangan terhadap markas–markas Sekutu di Bandung bagian utara. Termasuk, Hotel Homan dan Hotel Preanger pada malam 24 November 1945.
Selang tiga hari kemudian, Kolonel MacDonald selaku panglima perang Sekutu, sekali lagi, menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat, Datuk Djamin. Intinya sama: agar rakyat dan tentara segera mengosongkan wilayah Bandung Utara.
Ultimatum kedua itu pun tidak digubris sama sekali, hingga menyulut beberapa pertempuran di Bandung Utara. Pos-pos Sekutu di sana menjadi sasaran penyerbuan.
Seolah enggan menyerah, Panglima Tertinggi AFNEI di Jakarta, Letnan Jenderal Montagu Stopford, kembali memberi peringatan. Ultimatum tersebut ditujukan kepada Sutan Sjahrir, selaku Perdana Menteri Indonesia, pada 17 Maret 1946.
Perintahnya serupa: agar militer Indonesia segera meninggalkan Bandung Selatan sampai radius 11 kilometer dari pusat kota. Hanya pemerintah sipil, polisi, dan penduduk sipil yang diperbolehkan tinggal.
Selepas menerima ultimatum bertubi-tubi, pihak Indonesia akhirnya bertindak. Tentara Republik Indonesia, di bawah pimpinan Kolonel A.H. Nasution, memutuskan untuk membumihanguskan Bandung.
Rakyat mulai diungsikan. Sebagian besar bergerak dari selatan rel kereta api ke arah selatan sejauh 11 kilometer. TRI merencanakan pembakaran total pada 24 Maret 1945 pukul 24.00, namun rencana ini tidak berjalan mulus.
Rencana tersebut terjadi empat jam lebih cepat. Gedung Indische Restaurant diledakkan, lalu dilanjutkan dengan pembakaran Bank Rakyat di Bandung, Kawasan Banceuy, Kawasan Cicadas, Kawasan Braga, Kawasan Tegalega, dan Asrama TRI.
Peristiwa ini lantas dikenang sebagai Hari Patriotik Bandung Lautan Api, yang diperingati setiap 24 Maret.