Nasional

2 Alat Deteksi Covid-19 Karya Indonesia Meluncur Desember 2020

apahabar.com, JAKARTA – Menteri Riset dan Teknolog (Menristek)/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro memastikan Indonesia tengah mempersiapkan dua…

Featured-Image
Ilustrasi tes PCR virus corona. Foto-Antara

bakabar.com, JAKARTA – Menteri Riset dan Teknolog (Menristek)/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro memastikan Indonesia tengah mempersiapkan dua alat deteksi Covid-19 yang ditargetkan bisa meluncur Desember 2020 mendatang.

Alat deteksi ini diharapkan dapat mengganti peran testing Covid-19 yang selama ini menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) atau tes swab yang dinilai memiliki akurasi paling tinggi.

“Mudah-mudahan Desember ini sudah bisa dipergunakan secara luas, kita mungkin akan punya dua alat deteksi yang nantinya bisa meningkatkan upaya testing, sekaligus juga mengurangi ketergantungan kita terhadap PCR yang merupakan goal standar pemeriksaan covid-19,” kata Bambang dalam bincang ringan yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB, Selasa (27/10).

Rencana pengadaan deteksi covid-19 ini menurutnya merupakan kerja kolaborasi dan sinergitas dari para ilmuwan baik di lembaga penelitian maupun institusi pendidikan. Bambang bilang, kolaborasi ini muncul didasari kesuksesan tim peneliti dalam mengembangkan alat rapid test, PCR test kit, hingga ventilator.

Dilansir dari CNN Indonesia, Bambang mengaku, pandemi ini merupakan salah satu pintu terbukanya ide-ide cemerlang anak bangsa yang selama ini mungkin terpendam. Oleh karena itu, Bambang mengaku pihaknya bakal menyokong dan memfasilitasi peneliti ini dengan sepenuhnya.

“Dua alat tersebut merupakan rapid swab test dengan teknologi RT-Lamp yang dikembangkan oleh LIPI. Dan satunya lagi GeNose yaitu mendeteksi covid-19 melalui hembusan nafas, ini melalui inovasi luar biasa yang dihasilkan peneliti atau dosen dari UGM,” jelasnya.

Kedua alat deteksi Covid-19 ini diharapkan dapat menghasilkan upaya skrining dan deteksi lebih cepat, murah, serta lebih akurat. Selain itu, penelitian dan pengembangan itu menurutnya sangat penting, mengingat Indonesia memiliki populasi yang masif hingga 267 juta penduduk.

Sehingga negara tidak boleh menggantungkan harapannya terhadap produksi dari luar negeri.

“Kita harus punya kemampuan tidak hanya di tahap produksi tapi tahap penelitian dan pengembangannya,” pungkasnya.

Komentar
Banner
Banner