bakabar.com, MAGELANG - Sebanyak 130 keluarga di Desa Krinjing Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang terancam krisis air bersih. Hal itu disebabkan karena sumber air tertutup material longsoran yang baru diketahui sepekan ini.
"Longsornya sudah dua minggu yang lalu, tetapi warga baru karena letak sumber airnya sangat jauh dari pemukiman," kata Suyadi, salah satu warga Krinjing, Jumat (11/8).
Tidak hanya kekeringan, longsor tersebut juga membahayakan aktivitas warga di bantaran sungai. Sebab, longsor juga menyebabkan adanya kenaikan debit air di bagian hilir Sungai Senowo.
"Saat ini longsor tersebut membentuk kubangan air mirip rawa atau biasa, warga bilangnya pening," tuturnya.
Baca Juga: Gunung Andong Sisi Magelang Terbakar, Jalur Pendakian Tutup Sementara
Menurut Suyadi, air bersih untuk warga Dusun Trono sudah mati tidak mengalir karena jaringan pipa yang mengalirkan air bersih untuk warga rusak tertimbun.
Suyadi menuturkan kondisi debit air dari longsoran itu terus meningkat setiap hari yang dikhawatirkan meluber atau jebol setiap saat.
Maka jika itu terjadi berpotensi bahaya bagi masyarakat yang beraktivitas di alur Sungai Senowo yang berhulu di Gunung Merapi.
Sedangkan untuk upaya pembersihan tidak bisa dilakukan karena kondisi medan sangat berbahaya bagi warga saat bekerja.
"Karena cuma satu jalur sempit dan bila air mengalir warga tidak bisa mencari jalan menyelamatkan diri," ujarnya.
Baca Juga: Emak-Emak di Tanjung Magelang Tolak Proyek Tambang Galian C
Hingga saat ini, lanjut Suyadi, warga hanya waspada, terus memantau perkembangan debit air dan saling mengingatkan potensi bahaya.
"Khususnya warga yang di alur bawah saat melintas ke wilayah lain," kata dia.
Suyadi khawatir, bila nanti terjadi aliran yang semakin membesar dan longsoran larut, bisa menyebabkan banjir bandang dan berbahaya bagi wargadi bantaran.
Menurut Suyadi, kejadian serupa pernah terjadi sekitar tahun 1990 saat siang hari dengan korban satu orang meninggal.
Untuk kebutuhan sehari hari dan pertanian, warga Dusun Trono Krinjing, sementara waktu mengandalkan sumber air lain dari sungai Trising yang debitnya kecil.
BPBD Kabupaten Magelang juga telah melakukan koordinasi dan pemantauan lokasi pergerakan tanah di Dusun Trono, bersama Pemdes Krinjing.
Baca Juga: Candi Losari, Warisan Hindu di Magelang yang Terkubur Erupsi Merapi
Dari hasil assesment itu terdeteksi pergerakan tanah di tebing sungai Senowo, dengan dimensi tinggi 40 meter dan lebar 30 meter.
Faktor pemicu tanah longsor antara lain dengan kelerengan di atas 60 derajat berupa tanah pasir vulkanik yang kurang kompak dan padat.
Sebagai upaya antisipasi, selain melakukan koordinasi dengan pemdes dan OPRB setempat, BPBD juga turut melaksanakan pemantauan setiap hari untuk memantau perkembangan.
"Kita berkoordinasi dengan Pemdes agar mengimbau kepada warga untuk lebih berhati-hati dan waspada saat beraktivitas di sekitar lokasi alur sungai," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Wasono.