bakabar.com, JAKARTA– Menuntut kebebasan media sebagai prasyarat pemilihan umum yang bebas dan adil, 10 ribu orang turun ke jalan di Serbia.
Diberitakan Reuters, ribuan orang berdemonstrasi selama empat minggu berturut-turut sebagai protes penindasan kebebasan demokratis selama pemerintahan Presiden Aleksandar Vucic, sejak kemarin.
Para demonstran melakukan tur di pusat Beograd dengan plakat, peluit dan slogan “Pencuri Vucic!”, sambil menghalangi lalu lintas.
Lawan pemerintah mengatakan bahwa Vucic telah menerapkan kontrol ketat pada media dan membungkam kritiknya, yang dibantah presiden.
Pengkritik pemerintah mengklaim serangan itu adalah hasil dari pidato kebencian yang disebarkan oleh Presiden Vucic. Selain itu, puluhan ribu orang tersebut juga memprotes sejumlah kebijakan yang diambil pemerintahan dan Partai Progresif Serbia (SNS), terkait kebebasan pers.
Adapun para pengunjuk rasa merupakan gabungan Aliansi untuk Serbia, kelompok oposisi yang terdiri dari 30 partai dan organisasi, mengenakan lencana bertuliskan “Itu telah dimulai” dan meneriakkan “Pencuri Vucic”.
Demonstrasi mingguan ke delapan kalinya itu telah menarik perhatian banyak orang. Protes sudah menyebar ke kota-kota lain di Serbia.
“Satu-satunya tuntutan yang kami inginkan adalah kejahatan (rezim) ini hilang. Kami ingin pemilihan umum, akan tetapi kebebasan harus dihadirkan lebih dulu,” kata Branisalv Trifunovic, seorang aktor yang berbicara di hadapan publik sejak beberapa pekan sebelumnya.
Baca Juga:Pipa Bensin Bocor, Kebakaran Hebat Landa Meksiko, 20 Orang Tewas
Tidak ada seorang pun di kantor pemerintahan Vucic yang bisa dihubungi untuk memberikan komentar.
Sebelumnya, presiden mengatakan dirinya tidak akan tunduk pada tuntutan oposisi untuk melakukan reformasi pemilu dan meningkatkan kebebasan media, bahkan jika ada 5 juta orang di jalan.
Walaupun demikian, dirinya mengaku bersedia untuk menguji popularitas partainya dengan perhitungan suara cepat.
“Saya datang ke sini untuk menyatakan ketidakpuasan saya terhadap elit yang berkuasa. Mereka mengendalikan semua media, saya muak dengan semua korupsi yang terjadi,” kata Ljiljana Zivanovic, seorang pensiunan berusia 64 tahun.
Editor: Fariz Fadhillah