News

Tak Seirama hingga Bakar Ban, Unjuk Rasa di DPRD Kalsel Bubar

apahabar.com, BANJARMASIN – Lepas tengah hari, tensi unjuk rasa menolak jabatan tiga periode di depan kantor…

Featured-Image
Di akhir aksi, sejumlah peserta aksi membakar ban bekas. Foto-foto: apahabar.com/Rizal Khalqi

bakabar.com, BANJARMASIN – Lepas tengah hari, tensi unjuk rasa menolak jabatan tiga periode di depan kantor DPRD Kalsel mulai mereda sekalipun diwarnai aksi bakar ban.

Selama demonstrasi, mahasiswa menyuarakan penilaian mereka terkait gagalnya pemerintah memberantas mafia minyak goreng.

Hal tersebut, kata orator, dibuktikan dengan rapuhnya ketahanan minyak goreng nasional terhadap harga luar negeri.

“Negara tak mampu melawan mafia minyak goreng, itu salah satu bukti pemerintah gagal melaksanakan tugas,” kata pemuda tersebut.

Karenanya, kata dia, presiden gagal menyejahterakan rakyatnya. Banyak ketimpangan sebab kenaikan harga-harga bahan pokok.

img

Demonstrasi berlangsung kondusif kendati hanya satu anggota DPRD Kalsel yang menemui peserta aksi.

Di tengah aksi itu, massa aksi justru seakan pecah kongsi. Mereka terpecah menjadi dua.

Di barisan depan, massa terlihat seirama mendengar komando koordinator aksi.

Namun di belakang, massa riuh mengelilingi ban bekas yang terbakar.

Tak lama setelahnya, massa aksi pun membubarkan diri.

Kendati begitu, secara keseluruhan unjuk rasa kali ini terbilang damai. Tak ada aksi saling dorong hingga baku hantam.

Diwartakan sebelumnya, ratusan mahasiswa dari penjuru Banua mendatangi gedung DPRD Kalsel di Jalan Lambung Mangkurat sejak Kamis pagi (14/4).

Mereka sengaja datang guna menyuarakan pelbagai penolakan. Mulai dari wacana penundaan pemilu, perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode, kenaikan harga BBM, tarif PPN, hingga kelangkaan minyak goreng.

Sempat berorasi, mahasiswa akhirnya ditemui dan berdialog dengan salah satu anggota DPRD Kalsel, Rosehan Noor Bahri.

Mirip dengan orasi mahasiswa di Senayan, dari Rumah Banjar (sebutan DPRD Kalsel) mereka meminta tuntutan itu disampaikan pada pemerintah provinsi hingga pusat.

Mereka menganggap kebijakan yang diambil pemerintah tak tepat. Terlebih di saat pandemi Covid-19 masih melanda.

Selain berorasi, mahasiswa juga menampilkan teatrikal wajah pemerintahan beserta segelintir elite partai yang dianggap bersikap tidak pantas dalam menanggapi gejolak harga dan kelangkaan minyak goreng.

Mereka tampak silih-berganti menyampaikan orasi dan protes ke pemerintah di tengah pengawalan ratusan aparat kepolisian.

Dilengkapi oleh Syaiful Riki

Komentar
Banner
Banner