bakabar.com, MARTAPURA – Rupanya, tak serta merta tiap kali bencana banjir warga terdampak langsung dapat bantuan.
Tiap instansi terkait memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang harus dilaksanakan. Contohnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Kepala BPBD Kabupaten Banjar Irwan Kumar, melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik Ricky Ferdyanto menjelaskan warga terdampak banjir pada level daruratlah yang utama mendapatkan bantuan.
Banjir level darurat adalah ketika banjir sudah menggenangi dalam rumah, dengan ketinggian 50-70 centimeter. Selain itu banjir bisa dikatakan darurat jika sudah mengganggu aktivitas yang berdampak pada perekonomian warga.
“Kategori BNPB jika banjir sudah mengganggu kegiatan masyarakat sehari-hari, terlebih mengganggu mata pencaharian, maka sudah layak diberi bantuan,” ucap Ricky kepada bakabar.com.
Bentuk bantuan kepada warga terdampak banjir seperti tenda pengungsian, dapur umum dengan logistik konsumsi, dan perahu karet untuk transportasi warga.
Memang, diakui Ricky, ada kecenderungan masyarakat saat dapat bencana kemudian mengharapkan langsung dapat bantuan. Padahal kondisinya belum tentu capai level darurat.
Menurut Ricky, jika penyaluran bantuan tidak sesuai SOP, ditakutkan nantinya stok logistik bantuan akan habis sebelum masanya, dan menimbulkan masalah baru. Apalagi dengan anggaran yang terbatas.
“Di tempat kita ini kategori banjirnya secara garis besar masih ringan, banjir hanya saat hujan deras kemudian besoknya jika cuaca cerah surut lagi, jika bantuan terus diulur bisa langsung habis stok logistik,” katanya.
Saat terjadi banjir, BPBD terlebih dahulu melakukan pendataan dan menginventarisir yang terdampak banjir. Apakah selanjutnya dianggap perlu diberi bantuan atau tidak.
Di sisi lain, BPBD bersama stakeholders terkait seperi TNI, Polri, Manggala Agni, juga Tagana dan PMI, bersiapsiaga jika terjadi banjir susulan di daerah rawan banjir. Posko terpadu berada di halaman kantor BPBD Banjar.
Selain itu, tak jarang para terdampak bencana banjir juga mendapat pertolongan melalui relawan swasta, seperti kelompok BPK dan emergency.
Ricky menjelaskan ada sebagian daerah banjirnya yang cukup parah, seperti di Kecamatan Pengaron.
“Di sana banjirnya cukup parah bahkan dalam rumah cukup dalam. Aktivitas warga pun jadi terganggu karena akses jalan tidak bisa dilalu dengan kendaraan roda dua atau empat,” terang Ricky.
Seperti terjadi pada Ahad lalu, lanjut Ricky. Pihaknya bersama stakeholders langsung turun ke lapangan membawa sejumlah bantuan. Hingga tenda untuk pengungsian beserta dapur umum.
Namun karena warga enggan mengungsi dan lebih memilih bertahan, dan sebagian mengungsi di rumah sanak keluarga. Ditambah, lokasi yang dapat dijadikan tempat pengungsian pun lokasinya berjarak kurang lebih 2 Kilometer dari lokasi banjir, itu pun tidak bisa dilalui mobil.
“Sehingga tidak memungkinkan didirikan tenda pengungsian bersama bantuan lainnya. Jadi kita kemarin itu langsung berkoordinasi dengan camat supaya logistik bantuan dibagikan-bagikan saja kepada masyarakat yang memerlukan,” tutur Ricky.
Kebanyakan masyarakat Kabupaten Banjar memang sudah menganggap biasa banjir. Sehingga sangat jarang ada yang mau diungsikan. Hal itu juga mengingat banjir di Kabupaten Banjar masih ketegori ringan hingga sedang, pascabanjir terparah pada 2006 lalu. Saat itu bendungan air di Riam Kanan meluap.
Baca Juga: VIDEO: Viral Challenge Skull Breaker, Berujung Cedera Fatal Hingga Kematian
Baca Juga: Kebakaran di Citra Garden, Mobil Mewah Nyaris Hangus
Reporter: HendraEditor: Fariz Fadhillah