bakabar.com, BANJARMASIN – Namanya Arbani (41). Ketika dikunjungi bakabar.com, Bani sapaan akrabnya melempar senyum merekah.
Sekilas tak terlihat Bani adalah mantan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Bani merupakan salah satu dari 44 penghuni Rumah Singgah Baiman di Jalan Gubernur Subarjo, Banjarmasin Selatan.
Rumah Singgah Baiman adalah tempat penampungan orang terlantar yang tidak memiliki keluarga di bawah asuhan Dinas Sosial Banjarmasin.
Sejak dua tahun terakhir, Bani memang tinggal di sana. Sebelumnya dia berstatus pasian rehabilitasi di Rumah Sakit Sambang Lihum selama lima tahun.
Kali ini, aktivitas hariannya berada di dalam ruangan. Makan, mandi hingga buang air kecil maupun besar. Sesekali keluar untuk melakukan perawatan rutin. Berdasar pengakuan, kehidupannya kian berubah 180 derajat.
Dulu Bani hanyalah seorang tukang tambal ban di kawasan Pelambuan, Banjarmasin Barat. Uang yang diperolehnya dihabiskan untuk hidupnya sendiri.
Karena itu dia sering menghamburkan uang dengan suka mengkonsumsi minuman keras. Bahkan sering dicampur dengan obat-obatan.
Tidak sering juga dia menghabiskan uangnya ke Pekerja Seks Komersial (PSK). “Ya, gara-gara bergaul sama teman seperti itu lah,” kata Bani singkat.
Keseringan melakukan perbuatan itu Bani mengakui seakan norma kehidupannya hilang satu persatu. Kondisinya kian berubah. Kebersihannya tak terurus lagi. Kurus kering hingga rambut yang berpanjang.
Apalagi Bani tak memiliki tempat tinggal tetap. Dia tidur disembarang tempat. Pelantaran rumah orang hingga dipinggir jalan.
Tingkah aneh Bani tersebut dirasakan masyarakat kian meresahkan. Pandangan warga berbeda dari biasanya.
Lantas, atas dasar itu yang membuat Bani di rawat di Rumah Sakit Sambang Lihum dulu. Warga melaporkan kehidupan Bani seperti ODGJ. “Di bawa orang kampung pakai mobil ke Rumah Sakit,” ujarnya.
Meski dinyatakan sembuh dan di tampung di Rumah Singgah Baiman, Bani tetap tak merasa puas. Dirinya berkeinginan keluarga menjenguk hingga menjemputnya pulang ke rumah. Tapi kenyataan yang diterima tidak semanis itu.
Bani masih berpikir positif perihal itu. Beranggapan keluarganya tak mengetahui keberadaan saat ini. Belum lagi, mantan penghuni Rumah Singgah yang akrab dengan dirinya sering berkunjung. Bercanda gurau hingga memberikan makanan. “Rasa kangen ketemu keluarga. Tapi tidak bisa karena tak ada orang yang datang,” pungkasnya.
Sementara itu, Kasi Tuna Sosial Dan Korban Tindak Kekesasan Dinas Sosial Banjarmasin, Hasan Basri mengakui Arbani tak bisa dipulangkan saat ini. Sebab dia tidak memiliki keluarga. Kondisinya tidak mengizinkan untuk dilepaskan begitu saja.
“Mau dikembalikan, keluarga penghuni gangguan jiwa ini juga terlampau miskin. Tidak mungkinkan kita lempar, karena kondisi kurang lebih sama,” ujarnya.
Saking banyaknya penghuni gangguan jiwa, mewajibkan layanan kesehatan datang ke Rumah Singgah secara rutin. Seminggu sekali dokter merawat pasien psikotik dengan tes kejiwaannya. Tak lupa obat yang dikonsumsi.
Untuk itu Dinas Sosial menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit Sambang Lihum. Meski dinyatakan sembuh pun, dia menerangkan tak bisa langsung lepas saja. Mereka butuh kasih sayang, tempat tinggal yang layak dan asupan makanan sehat.
Semua itu tak bisa didapatkan pasian jika keluar dari Rumah Singgah. Hasilnya, setiap tahun Pemko menampung pasian gangguan jiwa sampai akhir hayatnya. “Kita mandikan, salat hingga dikubur di lahan milik Pemko. Kondisi itu kita lakukan terus setiap tahunnya,” terangnya.
Baca Juga: Gangguan Jiwa Berat, Bagaimana Penjagal Bocah SD Limpasu Ditahan?
Baca Juga: Polisi Pastikan Penjagal Bocah SD di HST Gangguan Jiwa Berat!
Reporter : Bahaudin Qusairi
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin