bakabar.com, TARAKAN – Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menargetkan toko di perbatasan Indonesia-Malaysia rampung pada akhir tahun ini.
Untuk diketahui, toko di Desa Long Bawan, Kecamatan Krayan Barat, Kabupaten Nunukan mulai dibangun sejak 2017. Toko Indonesia demi menekan disparitas harga kebutuhan pokok di perbatasan Negeri Jiran.
Melansir laman resmi Humas Pemprov Kaltara, progres Toko Indonesia mencapai 55 persen.
Saat ini disebut sedang dilakukan sejumlah pengerjaan tahap akhir. Di antaranya, pekerjaan beton, pemasangan plafon, pengecatan, pekerjaan pintu, jendala dan dinding alumunium serta pekerjaan taman.
“Dan di akhir tahun 2019 ditarget selesai 100 persen," ujar Gubernur Kaltara Irianto Lambrie.
Dengan waktu yang tersisa, Irianto mendorong pengerjaan Toko Indonesia segera dituntaskan.
Di Toko ini, nantinya warga perbatasan bisa menikmati keberadaan produk dalam negeri, dengan harga yang kata Irianto cukup terjangkau.
“Toko Indonesia didanai melalui APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kaltara itu, sudah memasuki tahap akhir,” jelas mantan Sekprov Kaltim itu.
Untuk diketahui, pembangunan Toko Indonesia pertama di Desa Long Bawan, Krayan Selatan, dilakukan secara bertahap sejak 2017.
Melalui APBD Provinsi 2017 dianggarkan dana sebesar Rp5 miliar untuk dilakukan pengerjaan struktrur pada bangunan.
Kemudian pada 2018, dilanjutkan pembangunan Toko Indonesia tahan II. Pada tahap itu, Pemprov Kaltara disebut mengalokasikan Rp4 miliar juga melalui APBD provinsi untuk dilakukan pengerjaan pemasangan bata, alian, plaster, pemasangan keramik lain dan kontruksi atap bangunan.
Sedangkan pembangunan Toko Indonesia tahap III yakni tahap akhir dianggarkan sebesar Rp8,4 miliar lebih. Baik tahap I maupun tahap II, realisasi di lapangan sudah 100 persen rampung dikerjakan. Kemudian yang tahap ketiga ini, laporannya sudah 50 persen lebih.
Selain di Desa Long Bawan, Kaltara juga berencana membangun toko serupa di Pulau Sebatik.
Untuk diketahui, kondisi geografis perbatasan di Kaltara jauh dari kota utama. Keterbatasan infrastruktur darat, yang hanya efektif melalui transformasi udara, menyebabkan harga kebutuhan sangat mahal.
Selama ini karena ketergantungan dengan barang Malaysia, harga barang disebut bisa mencapai rata-rata tiga kali lipat dari harga normal di pasar kota di Kaltara, misalnya Nunukan, Tarakan atau Tanjung Selor.
Selain lewat Toko Indonesia, program subsidi ongkos angkut (SOA) barang dan penumpang juga jadi cara Kaltara untuk mengatasi kesenjangan di perbatasan.
Baca Juga: Diguyur Hujan, Upacara Sumpah Pemuda di Perbatasan Indonesia- Malaysia Lancar
Editor: Fariz Fadhillah