bakabar.com, BANJARMASIN – Nama Ryan Fahlevi Muammar mungkin terdengar asing sebagai pengusaha. Sebab, dia baru merintis usahanya.
Namun, dari kisahnya memulai usaha dapat dipetik hikmah, seperti apa susah senangnya. Baik saat mengalami kebangkrutan hingga akhirnya mampu sukses.
Bermula resign dari pekerjaannya sebagai apoteker penanggung jawab alat kesehatan dan supervisor II di salah satu perusahaan BUMN bidang distribusi kefarmasian, Ryan harus menyakinkan orang tuanya tentang usaha yang dirintisnya.
“Orang tua saya marah karena merasa sudah banting tulang menyekolahkan sampai akhirnya bergelar apoteker. Dengan segala cara saya menyakinkan orang tua kalau saya bisa hidup dari berwirausaha,” tutur Ryan.
Tekad Ryan resign tahun 2018 lalu, selain ingin fokus berwiraswasta juga lantaran sudah bosan dengan pekerjaan di perusahaan yang sudah mempekerjakannya selama kurang lebih tiga tahun tersebut.
Lantas, Ryan pun mencoba menjajaki bisnisnya sendiri dengan membuka kedai yang diberi nama Kedai Menyambar. Di sana dia menjual surabi bandung, es saus buah, dan pisang caramel.
Tentu saja, penghasilannya tidak seberapa. Mengingat gaji Ryan di perusahaan BUMN tergolong cukup tinggi. Di sisi lain, waktu itu dia sudah punya penghasilan di luar itu dengan menjadi agen cemilan.
Ryan waktu itu jadi agen cemilan cokelat. Berpenghasilan dua juta rupiah tiap bulan. Melihat potensi itu membuat semangat Ryan makin meningkat untuk menggeluti usaha.
Ryan juga sempat sempat berpindah-pindah usaha. Dari jualan sepatu secara online, lalu pindah ke selai, pindah lagi menjual pakaian dan menjual makaroni. Namun akhirnya dia fokus pada cemilan cokelat.
Itu dilakukan pria kelahiran Banjarmasin, 28 tahun tersebut semata untuk meraih penghasilan lebih besar. Apalagi, dia ingin segera menikah dan belum punya biaya, sehingga bisnis apapun dilakukan untuk menambah penghasilan dan tabungan.
Setelah satu bulan kedai bangkrut, Ryan dan istri mendapat kabar kehamilan istri. Apalagi waktu itu jarak memisahkan antara Ryan di Banjarmasin dan istri di Jakarta. Otomatis mengharuskan Ryan banting tulang untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Di sisi lain, ternyata kedai yang dia bangun ternyata di luar harapan. Usahanya bangkrut.
“Kedai itu hanya bertahan 4 bulan, setiap hari menjualkan kue surabi ternyata tidak ada yang suka dan berminat. Akhirnya tiap hari hanya mengeluarkan modal tanpa pendapatan alias nol rupiah, apalagi pendapatan agen cemilan juga sudah berkurang,” cerita Ryan.
Tak memiliki usaha apapun membuat Ryan hampir berputus asa. Sebab dia merasa malu kepada orang tua. Beruntung Ryan memiliki istri yang mendukungnya. Setelah sang istri berkumpul bersamanya di Banjarmasin, membuat dia lebih tekun lagi.
“Saya waktu itu hutang uang istri untuk modal usaha, masih dibidang cemilan, tapi sedikit demi sedikit mulai membaik. Meski awal-awal pendapatan Rp300 ribu sebulan sampai Rp500 ribu, lalu naik sejuta. Tetap bersyukur dan selalu ikhtiar dan berdoa. Meski di kepala pusing memutar otak, karena waktu itu juga memikirkan bayi yang mau lahir dan segala perlengkapannya,” ujarnya.
Dengan segala ketekunannya, awal titik balik itu datang ketika bulan Ramadhan tadi. Rezeki datang melimpah saat anak pertamanya lahir. Dan bisnisnya mulai menanjak naik kembali.
Di akhir Agustus 2019, Ryan mulai dapat memproduksi snack sendiri. “Alhamdulillah 2 bulan mulai produksi, sudah terjual 6.500 pcs. Kini tersebar ke Kalsel, Kaltim, Kaltara, dan Kalteng. Sekarang juga sudah bisa memperkerjakan karyawan tiga orang,” ungkapnya.
Kini omzet dari penjualan produk cemilan Sus Kering Manyambur milik Ryan sudah mencapai Rp15 juta – Rp20 juta per bulan.
“Alhamdulillah kini sudah bisa menyewa kontrakan untuk tinggal bertiga dan produksi produk sendiri. Alhamdulillah berkat ikhtiar dan doa semua orang, terutama doa orang tua, saya bisa sampai pada titik sekarang. Kegagalan adalah cara Allah mengatakan “bersabarlah, aku memiliki sesuatu yang lebih baik untukmu,” pungkasnya.
Sus Kering Menyambur saat ini sedang digemari penikmat kuliner. Harganya satu pcs Rp22 ribu. Rasanya, enak dan gurih.
Baca Juga: Pasar Terapung Lok Baintan, Wisata Banjar Bahari yang Masih Lestari
Baca Juga: Warung Sedekah Hadir di Banjarbaru, Bayar Cukup Dengan Doa
Reporter: Ahya FirmansyahEditor: Ahmad Zainal Muttaqin