bakabar.com, MARABAHAN – Meski bukan daerah penyumbang kabut asap terbanyak, sudah 668,05 hektare lahan yang terbakar di Barito Kuala.
Menukil data dari Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalops BPBD) Batola per 20 September 2019, luasan lahan tersebut terbakar mulai Juli atau semenjak kekeringan melanda.
Masih dari sumber yang sama, terdapat 90 kejadian telah ditangani BPBD Batola. Dari total kebakaran lahan, 34 di antaranya terjadi di Kecamatan Marabahan.
Namun demikian, kebakaran terbesar terjadi di Kecamatan Wanaraya. Tidak kurang 100 hektare lahan bekas persawahan dan perkebunan terbakar di Desa Pinang Habang, Waringin Kencana dan Surya Kanta.
Kejadian besar lain terjadi di Desa Jejangkit Barat, tepatnya Handil 9 dan 10 di Kecamatan Jejangkit. Api melalap 60 hektare hutan dan lahan yang belum digarap.
Juga terbakar 50 hektare perkebunan sawit dan lahan kosong di Tabukan, serta 30 hektare hutan galam dan semak belukar di Jalan Tarutan Marabahan.
Dari semua kejadian yang ditangani BPBD, hanya 22 hektare lahan terbakar di wilayah selatan dan timur Batola.
Total terdapat 8 kejadian, paling besar menghanguskan 10 hektare hutan galam dan semak belukar di Kecamatan Anjir Muara, tepatnya perbatasan Anjir Muara Kota Tengah dengan Desa Beringin Jaya.
Penurunan intensitas kebakaran lahan dan hutan di selatan dan timur Batola, diyakini disebabkan penindakan hukum terhadap pelaku pembakaran.
“Memang dalam tahun sebelumnya, terdapat kasus di Anjir Pasar yang diproses dan pelaku divonis hukuman penjara dua tahun,” ulas Kapolres Batola AKBP Mugi Sekar Jaya.
“Ternyata efek yang dihasilkan cukup besar, sehingga kebakaran lahan di Anjir Pasar, Anjir Muara, Tamban dan sekitarnya tidak sebanyak tahun sebelumnya,” tambahnya.
Sementara sepanjang 2019, beberapa kejadian sedang dalam tahap penyelidikan, sehingga masih berpeluang menghasilkan tersangka.
“Batola memang termasuk prioritas dan bahkan dikategorikan ring III untuk penanggulangan kebakaran lahan. Sedikit banyak Batola juga menyumbang asap ke Banjarmasin dan Bandara Syamsuddin Noor,” beber Mugi.
“Sekarang kawasan yang menjadi perhatian khusus adalah Mandastana dan Jejangkit, sehingga kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan lagi,” tandasnya.
Baca Juga: Bantuan Disetujui, Korban Kebakaran di Banjarmasin Bisa Bernapas Lega
Baca Juga: Gara-Gara Kabut Asap, Kasus ISPA di Banjarmasin Meningkat
Baca Juga: VIDEO: Kapolda Kalsel Turun Padamkan Api Di Lahan Gambut
Baca Juga: Penjelasan BPBD Kalsel Belum Perlu Tanggap Darurat Karhutla
Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Syarif