Kalteng

Fakta Bukan Mitos, Raksasa di TNTP Jadi Obyek Wisata Turis

apahabar.com, PANGKALAN BUN – Keberadaan pohon Meranti di hutan Taman Nasional Tanjung Putting (TNTP) Kabupaten Kobar…

Featured-Image
Keberadaan pohon Meranti di hutan Taman Nasional Tanjung Putting (TNTP) Kabupaten Kobar Kalteng menjadi primadona bagi sejumlah turis mancanegara. Foto-apahabar.com/Wiraharja

bakabar.com, PANGKALAN BUN – Keberadaan pohon Meranti di hutan Taman Nasional Tanjung Putting (TNTP) Kabupaten Kobar Kalteng menjadi primadona bagi sejumlah turis mancanegara.

Ya, di TNTP masih banyak tumbuh pohon khas daerah tropis tersebut.

Buktinya banyak turis mancanegara yang berkunjung saat Orangutan Foundation International (OFI) menggelar Workshop on Conservation of Dipterocarpaceae in Borneo, 9 September 2019 lalu.

Para peserta workshop dari sejumlah negara di dunia mengunjungi pohon kayu meranti di Camp Leakey Taman Nasional Tanjung Putting.

Dalam diskusi, kata Dorprawanti Siburian, Manager Kampanye Orangutan OFI, mereka banyak membahas tentang sejumlah jenis pohon keras di Kalimantan.

Terutama yang nyaris punah akibat adanya penebangan liar beberapa tahun yang lalu.

"Dalam diskusi juga memfokuskan tentang keberadaan pahon kayu meranti yang paling banyak diminati oleh negara-negara di dunia,” jelas dia kepada bakabar.com, Sabtu.

Jadi dengan masih tumbuhnya pohon kayu meranti di Taman Nasional Tanjung Putting merupakan fakta. Bukan lagi mitos.

Terpisah, Kepala Balai TNTP Helmi membenarkan tumbuh suburnya pohon kayu Meranti di TNTP.

Pohon kayu meranti di TNTP sangat besar. Helmi pernah menemukan pohon yang lebarnya mencapai sekitar 3 atau 4 orang dewasa yang berpegangan melingkarkan tangan.

Helmi menilai workshop yang digagas OFI sebagai sebuah terobosan baru untuk melestarikan hutan.

“Karena di dalam hutan (flora) Taman Nasional Tanjung Putting, selain tumbuh pohon kayu meranti juga ada pohon kayu ramin dan berbagai jenis pepohonan dari famili dipterocarpacea yang menjadi bagian habitat orang utan, bekantan dan berbagai jenis fauna lainnya,” jelas dia.

Langkah OFI dalam workshop sendiri mampu menghadirkan para pakar ilmu konservasi seperti dari Botanic Gardens Conservation International (BGCI), Southeast Asia Botanic Gardens Network (SEABG), serta National Geographic.

Baca Juga: Pra-PON Jakarta, 5 Pesilat Kobar Gigit Jari

Baca Juga: Cari Kerja, Ribuan Orang Serbu Kotawaringin Barat

Reporter: Ahc16
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner