bakabar.com, JAKARTA – Musim kemarau yang panas seperti sekarang ini, daya tahan tubuh cenderung menurun. Selain itu, udara kering, sumber air berkurang, banyak lalat dan debu membuat orang mudah terserang beberapa penyakit.
Setidaknya ada 5 penyakit yang perlu diwaspadai saat musim kemarau.
Seperti ditulis detikhealth dari keterangan Dr dr Ari F Syam SpPD-kGEH,MMB,FINASIM,FACP, pakar penyakit dalam dari Universitas Indonesia, setidaknya ada 5 penyakit yang perlu diwaspadai saat musim kemarau, yaitu:
1. Campak Jerman (campak 3 hari)
Dalam cuaca panas, daya tahan tubuh cenderung melemah sehingga rentan terhadap infeksi virus. Salah satu infeksi virus yang tengah mewabah adalah Campak Jerman atau biasa dikenal campak 3 hari, yang ditandai dengan ruam kemerahan di permukaan kulit.
Campak Jerman (Rubella)ini berbeda dengan campak biasa (measles) yang berlangsung lama dan penyembuhan luka yang juga lama. Campak Jerman hanya berlangsung 3 hari dan tidak terlalu berbahaya kecuali pada ibu hamil karena bisa menyebabkan kecacatan janin.
Infeksi virus Campak Jerman ditandai dengan demam tinggi dan ruam merah di permukaan kulit, kadang-kadang disertai nyeri di tenggorokan saat dipakai untuk menelan. Umumnya Campak Jerman tidak mematikan, namun harus diwaspadai pada ibu hamil karena bisa memicu keguguran.
Untuk mencegah penularan Campak Jerman, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi. Buah-buahan dan sayuran yang banyak mengandung vitamin sangat dianjurkan, jika perlu bisa ditambah suplemen Vitamin C dan B kompleks.
Selain itu, jika tidak ada hal yang sangat penting sebaiknya tidak berlama-lama melakukan aktivitas di bawah terik matahari. Kalaupun terpaksa harus keluar ruangan, sebaiknya memakai payung atau pelindung lainnya supaya tubuh tidak kepanasan.
2. Flu Singapura
Menurunnya daya tahan tubuh juga membuat Flu Singapura atau dalam ilmu kedokteran dikenal dengan Hand Foot and Mouth Disease (HFMD) marak di masyarakat, khususnya pada anak-anak.
Penyakit ini menyerupai flu yang disertai dengan terbentuknya lesi vesikular (bintil berisi cairan) di sekitar tangan, kaki, dan mulut. Gejala awal dari flu Singapura sama seperti flu pada umumnya seperti demam, sakit tenggorokan, pilek, sakit sepala, nyeri sendi, hilang nafsu makan, peradangan pada saluran nafas atas.
Flu Singapura ini tidaklah berbahaya dan ganas, bahkan penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya bila daya tahan tubuh pasein baik.
Namun, flu Singapura sangat mudah menular. Penularannya sama seperti penularan flu pada umumnya, yaitu melalui kontak langsung saat bicara, batuk, bersin, yang dapat mengeluarkan cairan saluran nafas. Bisa juga melalui cairan lesi vasekular yang mengenai kulit. Yang paling rentan pada anak-anak adalah melalui mainan yang digigit.
3. Sakit mata
Udara yang kering dan tidak sehat, debu dan asap yang beterbangan juga membuat orang lebih mudah mengalami sakit mata di musim kemarau. Menggunakan kacamata bisa menjadi salah satu cara pencegahan sakit mata.
Pengobatan yang diberikan tergantung dari penyebab infeksinya, perawatan yang diberikan biasanya meliputi kompres, obat tetes mata, salep atau antibiotik. Hal yang membuat sakit mata lama untuk sembuh karena adanya infeksi kedua yang biasanya disebabkan oleh kuman atau bakteri.
4. Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA)
Udara yang panas akan membuat orang cenderung berkeringat. Selain itu, saat kemarau lingkungan cenderung tidak sehat, debu dan asap yang akan merangsang terjadinya iritasi saluran pernafasan atas dan berlanjut menjadi infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
Keterbatasan air bersih membuat asupan air juga menurun. Jika minum dibatasi maka akan merangsang terjadinya iritasi saluran pernafasan atas. Selain itu udara yang panas membuat orang cenderung mengonsumsi air dingin atau es. Kondisi inipun akan merangsang iritasi yang terjadi pada saluran pernafasan atas dan menyebabkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
“Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan agar kita terhindar dari infeksi saluran nafas atas. Upaya pencegahan menghindari terpapar dengan udara langsung, tetap mempertahankan banyak minum dan tentu tidak minum air es sehingga saluran pernafasan atas tidak kering dan tidak teriritasi,” jelas Ketua Advokasi PB PAPDI (Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia).
5. Diare
Air bersih yang terbatas membuat lingkungan menjadi relatif lebih kotor dan masyarakat membatasi penggunaan air bersih. Kondisi lingkungan yang kotor ini akan membuat lalat menjadi lebih banyak, sehingga membuat makanan dan minuman menjadi mudah tercemar. Apabila kondisi ini terjadi maka angka kejadian diare akan meningkat.
“Penelitian-penelitian di masyarakat menunjukkan bahwa terbatasnya air bersih merupakan salah satu faktor utama penyebab meningkatnya kejadian diare. Oleh karena itu, kemungkinan peningkatan kasus diare harus diantisipasi terutama oleh Puskesmas khususnya pada wilayah-wilayah dimana masyarakatnya mengalami krisis air bersih,” jelas Dr Ari.
Jika mengalami diare, maka yang harus dicegah adalah kekurangan cairan dan elektrolit. Kekurangan cairan dan elektrolit jika tidak terdeteksi dan tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi yang lanjut seperti gangguan fungsi ginjal sampai menyebabkan kematian.
“Cairan yang mengandung elektrolit seperti oralit sebaiknya segera harus diberikan dan disesuaikan dengan jumlah atau banyaknya feses cair yang dikeluarkan. Jika kondisi dehidrasi cukup berat atau pasien tidak bisa mengonsumsi minuman akibat mual dan muntahnya, maka pasien perlu perawatan di rumah sakit untuk mendapatkan infus cairan untuk mengatasi dehidrasi yang terjadi,” jelas Dr Ari.
Baca Juga: Pahit Daun Pepaya Mampu Melawan Demam Berdarah
Baca Juga: Rahasia Menjaga Kesehatan di Tanah Suci, Intip Tips MUI Kalsel!
Baca Juga: Mengenal Fetisisme, Gangguan yang Diduga Menjangkit Maling BH di Teluk Dalam
Baca Juga: Intip Empat Langkah Bikin Kopi Tubruk Ala Kafe
Editor: Syarif