Tak Berkategori

Mengapa Nuzulul Quran Diperingati, Sementara Lailatul Qadar Dicari?

apahabar.com, BANJARMASIN – Nuzulul Quran adalah waktu di mana Alquran pertama kali diturunkan. Sementara Alquran ditegaskan…

Featured-Image
Ilustrasi, lailatul qadar. Foto-Net

bakabar.com, BANJARMASIN – Nuzulul Quran adalah waktu di mana Alquran pertama kali diturunkan. Sementara Alquran ditegaskan dalam Surah Al Qadr ayat 1, turun pada malam yang disebut Lailatul Qadar. Lantas, mengapa Peringatan Nuzulul Quran dan (waktu) malam lailatul qadar bisa berbeda?

Nuzulul Quran kerap diperingati pada 17 Ramadan, sementara Lailatul Qadar disebut-sebut berada di 10 malam terakhir.

Baca Juga: Bolehkah Donor Darah saat Puasa?

Diterangkan Dewan Pembina Pondok Pesantren Raudlatul Quran, Geyongan, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat, Ustadz M. Mubasysyarum Bih, beberapa pakar tafsir menjelaskan bahwa Alqur'an diturunkan dua kali proses. Pertama, diturunkan secara keseluruhan (jumlatan wahidah). Kedua, diturunkan secara bertahap (najman najman).

Sebelum diterima Nabi di bumi, Allah terlebih dahulu menurunkannya secara menyeluruh di langit dunia, dikumpulkan jadi satu di Baitul Izzah. Selanjutnya malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi di bumi secara berangsur, ayat demi ayat, di waktu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan selama dua puluh tahun, pendapat lain dua puluh satu tahun.

Pakar tafsir terkemuka, Syekh Muhammad bin Ahmad al Qurthubi menegaskan:

"Tidak ada perbedaan bahwa Alquran diturunkan dari Lauh al Mahfuzh pada malam Lailatul Qadar secara keseluruhan seperti penjelasan kami. Maka Alquran terlebih dahulu diletakan di Baitul Izzah di langit dunia. Kemudian Jibril menurunkannya secara berangsur tentang perintah, larangan dan sebab-sebab lainnya. Demikian itu terjadi selama 20 tahun."

"Sahabat Ibnu Abbas berkata, Alquran diturunkan dari Lauh al Mahfuzh secara menyeluruh kepada para malaikat pencatat wahyu di langit dunia, kemudian Jibril turun membawanya secara berangsur, satu dan dua ayat, di waktu yang berbeda-beda selama 21 tahun" (Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al Qurthubi, al-Jami' li Ahkam Al Quran/Tafsir al Qurthubi, juz 2, hal. 297).

Proses turunnya Alquran secara total ini terjadi di malam Lailatul Qadar, tepatnya malam 24 Ramadan. Pendapat ini sebagaimana ditegaskan dalam riwayat Ibnu Abbas dan Watsilah bin al Asqa'.

Imamul Mufassirin (pemimpin para pakar tafsir), Syekh Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al Thabari menyampaikan riwayat tersebut dalam kitab tafsirnya sebagai berikut:

"Sebagaimana bercerita kepadaku Abu Kuraib, beliau berkata, bercerita kepadaku Abu Bakr bin 'Ayyasy dari al-A'masy dari Hassan bin Abi al-Asyras dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas beliau berkata; Alqur'an diturunkan secara keseluruhan pada malam 24 dari bulan Ramadan, kemudian diletakkan di Baitul Izzah."

"Bercerita kepadaku Ahmad bin Manshur, ia berkata, bercerita kepadaku Abdullah bin Raja', ia berkata, bercerita kepadaku Imran al Qatthan dari Qatadah dari Ibnu Abil Malih dari Watsilah dari Nabi, beliau bersabda; lembaran-lembaran Nabi Ibrahim turun pada awal bulan Ramadan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadan, Injil diturunkan pada 13 Ramadan, Alquran diturunkan pada 24 Ramadan" (Syekh Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al Thabari, Jami' al Bayan 'an Ta'wili Ayil Quran/ Tafsir al Thabari, juz 3, hal. 188).

Dalam proses turunnya Alquran secara bertahap, wahyu pertama yang diterima Nabi adalah Surat al 'Alaq dari ayat satu sampai lima. Saat Nabi mencapai usia 40 tahun, Allah mengutusnya untuk alam semesta, mengeluarkan mereka dari sesatnya kebodohan menuju terangnya pengetahuan. Tepatnya pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah, Nabi menerima wahyu untuk pertama kalinya.

Pakar sejarah Nabi, Syekh Muhammad al Khudlari Bik menegaskan:

"(Fasal Pertama kali wahyu turun). Saat Nabi menginjak usia matang, yaitu 40 tahun, Allah mengutusnya untuk alam semesta seraya menggembirakan dan memperingatkan, untuk mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu. Demikian itu terjadi di awal bulan Februari tahun 610 Masehi seperti yang dijelaskan Syekh Mahmud Basya sang pakar astronomi. (Namun) setelah penelitian yang cermat, telah jelas bahwa peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 Masehi" (Syekh Muhammad al Khudlari Bik, Nur al Yaqin Fi Sirati Sayyid al Mursalin, hal. 19).

Dari referensi di atas dapat dipahami bahwa peringatan Nuzulul Quran yang populer di Indonesia mengacu pada sejarah pertama kali turunnya Alqur'an dalam proses kedua, yaitu dari Baitul Izzah kepada Nabi di bumi.

Perbedaan pendapat mengenai kapan wahyu pertama turun memang tidak bisa dihindari. Selain tanggal 17 Ramadan ada pula yang berpendapat terjadi tanggal 7, 8, dan 21 Ramadan. Bahkan beberapa pendapat ada yang menyebut bukan di bulan Ramadan.

Namun, perayaan Nuzulul Quran di setiap tanggal 17 Ramadan yang telah turun-temurun terlaksana tanpa ada pengingkaran dari para ulama, setidaknya memiliki pembenaran dari sudut pandang sejarah menurut satu versi. Oleh karenanya, tidak perlu fanatik secara berlebihan dengan menyalahkan pihak yang berbeda dengan pendapat yang diyakini. Siapa pun boleh merayakan Nuzulul Quran di selain tanggal 17 Ramadan dengan tetap menghormati pendapat lain yang berbeda.

Baca Juga: Seperti Apa Keseharian Rasulullah Selama Ramadan?

Editor: Muhammad Bulkin



Komentar
Banner
Banner