Tak Berkategori

Ekspor Kalsel Turun, Ekonom Sebut “Tiongkok Effect”

apahabar.com, BANJARMASIN – Nilai ekspor melalui pelabuhan di Kalimantan Selatan per April 2019 mencapai US$669,70 juta…

Featured-Image
ILUSTRAI. Foto-Koran Kaltim

bakabar.com, BANJARMASIN – Nilai ekspor melalui pelabuhan di Kalimantan Selatan per April 2019 mencapai US$669,70 juta atau turun 10,35 persen dibanding ekspor per Maret 2019 yang mencapai US$747,05 juta dan turun 6,55 persen.

Penurunan nilai ekspor itu diperkirakan lantaran melesunya ekonomi dunia saat ini. Secara otomatis negara yang selama ini mengandalkan sumber energi dari luar negeri sudah mengurangi ketergantungan dari negara lain. Termasuk sekelas Tiongkok.

“Ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dipungkiri. Alasan utama yakni lesunya ekonomi dunia saat ini,” ucap Ekonom Kalimantan Selatan, Mohammad Zainul kepada bakabar.com, Jumat (17/5) siang.

Negara lain, kata dia, lebih memilih untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki oleh negara sendiri daripada melakukan impor.

Baca Juga: Didominasi Bahan Bakar Mineral dari Singapura, Impor Kalsel Naik 66,13 Persen

Melihat kondisi yang demikian, ia menilai sebagai wujud konsekuensi logis yang harus diterima oleh negara penyuplai, seperti indonesia.

“Sudah tentu nilai ekspornya akan mengalami penurunan,” tegasnya.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, pemerintah perlu mencari terobosan baru. Yakni dengan mencari negara alternatif yang bisa dijadikan sebagai pasar untuk produk. Terutama batu bara dari Indonesia, khususnya Kalimantan Selatan.

Dari sekarang pemerintah Indonesia juga harus mengurangi ketergantungan ekspor dari hasil pertambangan khususnya batu bara.

Sudah saatnya, kata dia, pemerintah mendorong industri manufaktur agar terus tumbuh dan berkembang dengan baik. Sehingga mampu menggerakan perekonomian dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

Salah satu contoh, ialah hasil perkebunan kelapa sawit yang diekspor selama ini hanya CPO dan cangkang sawit.

Padahal, CPO tersebut merupakan bahan baku yang bisa digunakan untuk membuat produk kosmetik, pasta gigi dan berbagai produk lainnya. “Seandainya produk turunan dari CPO itu bisa diproduksi di dalam negeri,” jelasnya.

“Selain mendorong meningkatnya nilai ekspor harga produk untuk konsumen dalam negeri menjadi murah dan lapangan kerja pun semakin terbuka luas.
Sekarang tinggal political will dari pemerintah,” ujarnya mengakhiri.

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner